Sosiologi - Pencegahan Penyakit
Friday, 13 December 2013
Edit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep sehat dan sakit bergotong-royong tidak terlalu mutlak dan universal lantaran ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling menghipnotis dan pengertian yang satu hanya sanggup dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak mahir filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba menunjukkan pengertian perihal konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan insan mengikuti keadaan dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. Undang-undang No.23 Tahun 1992 perihal Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan belahan integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan acara kerja/kegiatannya terganggu.
Di kala kini ini, jumlah penyakit semakin bertambah dengan banyak sekali macam penggagas yang semakin bermacam-macam pula. Bila pada jaman nenek moyang kita dahulu jumlah penyakit masih sangat sedikit dan cukup diobati dengan aneka ramuan tradisional, maka hal tersebut sudah sangat berbeda ketika ini. Tingkat pencemaran dan polusi yang tinggi serta meningkatnya penggunaan materi kimia dalam aneka produk konsumsi mejadi faktor utama penyebab semakin beragamnya jenis penyakit. Tentu kita tidak bisa menciptakan / memproduksi segala hal yang kita perlukan lantaran akan berdampak pada ekonomi biaya tinggi. Oleh lantaran itu, yang bisa kita lakukan ialah dengan cara mencegah, menghindari, serta meminimalkan paparan polusi serta mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak materi kimia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari pencegahan penyakit ?
1.2.2 Apa saja tingkatan pencegahan penyakit ?
1.2.3 Bagaimana pencegahan penyakit menular dan tidak menular ?
1.2.4 Bagaiamana realisasi pencegahan penyakit menular (AIDS) dan tidak menular (CHD)?
1.2.5 Bagaimana cara pencegahan penyakit secara sederhana ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari pencegahan penyakit.
1.3.2 Untuk mengetahui tingkatan pencegahan penyakit.
1.3.3 Untuk mengetahui pencegahan penyakit menular dan tidak menular.
1.3.4 Untuk memgetahui realisasi pencegahan penyakit menular (AIDS) dan tidak menular (CHD).
1.3.5 Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit secara sederhana.
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui pengertian dari pencegahan penyakit.
1.4.2 Dapat mengetahui tingkatan pencegahan penyakit.
1.4.3 Dapat mengetahui pencegahan penyakit menular dan tidak menular.
1.4.4 Dapat memgetahui realisasi pencegahan penyakit menular (AIDS) dan tidak menular (CHD).
1.4.5 Dapat mengetahui cara pencegahan penyakit secara sederhana.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pencegahan Penyakit
Sebelum kita mengetahui pengertian dari pencegahan penyakit, perlu diketahui pengertian pencegahan terlebih dahulu. Pencegahan ialah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Peran epidemiologi dalam pencegahan ialah identifikasi faktor risiko yang sanggup dimodifikasi (konsep dasar penyakit), upaya pencegahan sesuai dengan riwayat alamiah penyakit (RAP)
Pencegahan penyakit ialah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatanm dgn menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yg telah dibuktikan efektif. (Kleinbaum, et al., 1982; Last, 2001).
2.2 Tingkatan Pencegahan Penyakit
Konsep tingkat pencegahan penyakit ialah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum bencana dengan memakai langkah‐langkah yang didasarkan pada data/ keterangan bersumber hasil analisis/ pengamatan/ penelitian epidemiologi. Beberapa tingkatan yang dimaksud ialah :
a. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) ibarat promosi kesehatan dan pencegahan khusus. Sasarannya ialah faktor penyebab, lingkungan dan pejamu. Langkah pencegahaan di faktor penyebab misalnya, menurunkan efek serendah mungkin (desinfeksi, pasteurisasi, strerilisasi, penyemprotan insektisida) biar memutus rantai penularan. Langkah pencegahan di faktor lingkungan misalnya, perbaikan lingkungan fisik biar air, sanitasi lingkungan dan perumahan menjadi bersih. Langkah pencegahan di faktor pejamu, contohnya perbaikan status gizi, status kesehatan, dukungan imunisasi.
Tujuan pencegahan primer ialah mencegah terjadinya suatu penyakit atau cedera selama masa prapatogenesis (sebelum proses suatu penyakit dimulai). Contoh pencegahan primer antara lain, progam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan, proyek rumah kondusif dan pengembangan personalitas dan pembentukan karakter.
Sayangnya penyakit atau cedera tidak sanggup selalu dicegah. Penyakit kronis khususnya, terkadang mengakibatkan disabilitas (ketidakmampuan) yang cukup parah sebelum risikonya terdeteksi dan risikonya diobati. Dalam hal ini, intervensi segera mencegah maut atau membatasi disabilitas.
b. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) ibarat diagnosis dini serta pengobatan tepat. Sasarannya ialah pada penderita / seseorang yang dianggap menderita (suspect) dan terancam menderita. Tujuannya ialah untuk diagnosis dini dan pengobatan sempurna (mencegah meluasnya penyakit/ timbulnya wabah dan proses penyakit lebih lanjut/ imbas samping dan komplikasi). Beberapa perjuangan pencegahannya ialah ibarat pencarian penderita, dukungan chemoprophylaxis (Prepatogenesis / patogenesis penyakit tertentu).
Tindakan pencegahan sekunder yang paling penting ialah skrining kesehatan. Tujuannya bukan untuk mencegah terjadinya penyakit tetapi lebih untuk mendeteksi keberadaanya selama masa pathogenesis awal, sehingga intervensi (pengobatan) dini dan pembatasan disabilitas sudah sanggup dilakukan. Tujuan skrining kesehatan juga bukan untuk mendiagnosis penyakit, tujuannya ialah memilah secara ekonomi dan efisien mereka yang kemungkinan sehat dari mereka yang kemungkinan positif terserang penyakit.
c. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) ibarat pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasarannya ialah penderita penyakit tertentu. Tujuannya ialah mencegah jangan hingga mengalami cacat dan bertambah parahnya penyakit juga maut dan rehabilitasi (pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/ psikologis dan sosial, serta melatih kembali, mendidik kembali, dan merehabilitasi pasien yang mengalami disabilitas permanen. Tindakan pencegahan tersier meliputi tindakan yang diterapkan sehabis berlangsungnya masa patogenesis. Terapi untuk pasien jantung merupakan teladan pencegahan tersier.
2.3 Pencegahan Penyakit Menular dan Tidak Menular
2.3.1 Pencegahan Penyakit Menular
A. Pencegahan Primer Penyakit Menular
Dalam model ini, startegi pencegahan tampak dalam masing masing sambungan pada rantai pelaksanaan yang sukses dari setiap taktik sanggup dipandang sebagai kelemahan suatu sambungan, dengan tujuan final memutus mata rantai infeksi, atau mengganggu siklus pencegahan penyebaran penyakit. Contoh tindakan masyarakat antara lain klorinasi persediaan air, pemeriksaan restaurant dan pasar materi makanan eceran, dan progam imunisasi yang meliputi semua penduduk. Kedalamnya juga ditambahkan upaya personal dalam pencegahan primer, contohnya basuh tangan, dan pemasakan makanan dengan benar.
B. Pencegahan Sekunder Penyakit Menular
Upaya pencegahan sekunder yang dilaksanakan oleh masyarakat terhadap penyakit menular biasanya ditunjukan untuk mengendalikan atau membatasi penyebaran suatu epidemi. Contohnya pemeliharaan secara cermat catatan masalah dan melaksanakan pemeriksaan kasus.
Terkadang upaya pengendalian sekunder penyakit ini sanggup menimbulkan isolasi dan karantina. Isolasi ialah pemisahan (selama masa penularan) orang atau hewan yang terserang dari yang lainya untuk mencegah baik secara eksklusif ataupun tidak eksklusif penyebaran distributor menular pada orang yang renta. Karantina ialah pembatasan kebebasan bergerak dari orang atau hewan sehat yang terinfeksi penyakit menular hingga masa inkubasi berlalu. Upaya pengendalian lebih lanjut ialah desinfeksi, pembunuhan distributor menular diluar tubuh pejamu, dan pengobatan masal dengan antibiotik. Terakhir agenda pendidikan kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan harus dipakai sebagai upaya pencegahan primer maupun sekunder.
C. Pencegahan Tersier Penyakit Menular
Upaya pencegahan tersier meliputi upaya pemulihan infeksi, penyembuhan hingga sehat total, dan kembali menjalankan aktifitas normal. Di tingkat komunitas, upaya pencegahan tersier ditujukan untuk pencegahan kesembuhan suatu penyakit epidemi. Pemusnahan yang tepat, pembalseman, dan pemakaman yang meninggal merupakan contohnya. Pencegahan tersier sanggup melibatkan pelaksanaan kembali upaya pencegahan primer dan sekunder sebagai cara untuk mencegah munculnya masalah lain. Contohnya, dibeberapa negara, misalnya, Republik Korea, penderita selesma atau flu mengenakan masker tipis di kawasan umum untuk mengurangi penyebaran penyakit.
2.3.2 Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Baik individu maupun masyarakat sanggup menunjukkan donasi bermakna dalam pencegahan dan pengedalian penyakit berpenyebab ganda. Masyarakat sanggup menyediakan lingkungan yang pro-kesehatan-fisik, ekonomi, dan sosial yang di dalamnya setiap orang akan lebih praktis mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi.
A. Pencegahan Primer Penyakit Tidak Menular
Upaya pencegahan primer untuk penyakit tidak menular meliputi persediaan makanan dan energi yang adekuat, kesempatan yang baik dalam pendidikan, pekerjaan, dan perumahan dan layanan komunitas yang efisien. Selain dasar-dasar tersebut, komunitas harus menyediakan agenda promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan, layanan kesehatan dan medis, dan proteksi terhadap ancaman lingkungan pekerjaan.
Setiap individu sanggup mempraktikan upaya pencegahan primer dengan mendapat tingkat pendidikan yang tinggi yang meliputi pengetahuan perihal kesehatan dan penyakit dan perjalanan penyakit anggota keluarga lain. Secara khusus, individu harus mengambil tanggung jawab dalam hal makan dengan tepat, olahraga yang cukup, mempertahankan berat tubuh yang sesuai, dan menghindari penggunaan berlebih beralkohol dan obat-obatan lain. Masing-masing individu juga sanggup melindungi dirinya dari cedera dengan mengenakan sabuk pengaman, kacamata pengaman, dan lotion tabir surya.
B. Pencegahan Sekunder Penyakit Tidak Menular
Upaya pencegahan sekunder yang sanggup dilakukan masyarakat meliputi pelaksanaan skrining massal untuk penyakit kronis, upaya inovasi kasus, dan penyediaan perihal fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kesehatan yang memadai bagi masyarakat. Tugas individu di dalam pencegahan sekunder meliputi skrining pribadi, contohnya periksa sendiri payudara atau testis (untuk kanker pada organ tersebut), bemocult test (untuk kanker kolon dan rektum), dan skrining medis ibarat pap test (untuk kanker servik), tes PSA untuk kanker prostat, mammografi dan skrining untuk diabetes, glukoma, atau hipertensi. Keikutsertaan dalam skrining kesehatan dan pemeriksaan kesehatan dan gigi secara rutin merupakan langkah awal dalam pencegahan sekunder untuk penyakit tidak menular. Langkah-langkah itu harus diikuti dengan diagnosis niscaya dan pengobatan segera untuk penyakit apapun yang terdeteksi.
C. Pencegahan Tersier Penyakit Tidak Menular
Upaya pencegahan tersier bagi masyarakat meliputi ketersediaan fasilitas, layanan, dan tenaga medis kedaruratan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang di dalamnya upaya pencegahan primer dan sekunder sudah tidak ampuh. Contohnya meliputi layanan ambulan rumah sakit, dokter dan dokter bedah, perawat, dan tenaga professional kesehatan yang lain.
Pencegahan tersier bagi individu kerap membutuhkan perubahan sikap atau gaya hidup yang signifikan. Contohnya meliputi kepatuhan mengikuti pengobatan yang diresepkan, agenda olahraga, dan diet. Contoh, seorang pasien serangan jantung sanggup mengikuti agenda pendidikan dan konseling gizi dan di dorong untuk perpartisipasi dalam agenda olahraga berpengawas sehingga sanggup memaksimalkan penggunaan kemampuan yang tersisa. Kegiatan itu sanggup membawa pasien kembali meneruskan pekerjaannya dan mencegah serangan jantung kedua. Untuk tipe tertentu persoalan kesehatan tidak menular, contohnya persoalan yang melibatkan penyalahgunaan zat, kedatangan yang rutin pada pertemuan kelompok pendukung atau sesi konseling sanggup menjadi satu belahan penting dalam agenda pencegahan tersier.
2.4 Realisasi Pencegahan Penyakit Menular dan Tidak Menular
2.4.1 Realisasi Pencegahan dalam Pengendalian Penyakit Menular: AIDS
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) ialah penyakit progresif yang disebabkan oleh bisul human immunodeficiency virus (HIV). Seseorang sanggup terserang penyakit ini bila berkontak dengan virus melalui acara seksual, penggunaan obat intravena, atau terpajan darah. Reservoir virus HIV ialah populasi insan yang terinfeksi, HIV biasanya meninggalkan pejamu yang terinfeksi (reservoir) selama acara seksual. Portal of exit-nya ialah akses urogenital. Penularan secara eksklusif dan terjadi ketika cairan reproduksi atau darah bertukar dengan cairan dan darah pejamu yang rentan. Namun, berkaitan dengan masalah penggunaan jarum suntik, penularan terjadi secara tidak eksklusif melalui jarum (media) yang terkontaminasi.
Pemerikasaan cermat terhadap mata rantai bisul mengungkap bahwa upaya pencegahan dan pengendalian sanggup diidenfikasi pada setiap sambungan. Pathogen pada pejamu berpenyakit sanggup ditahan perkembangannya dengan memakai obat yang tepat. Diluar tubuh pejamu, upaya sterilisasi jarum dan media lain yang memungkinkan serta desinfeksi permukiman sanggup membunuh virus dan mengurangi kemungkinan penularan melalui kontaminasi. Potal of exit (dan entry) sanggup dilindungi dengan memakai kondom. Penularan sanggup tidak boleh dengan tidak melaksanakan acara seks atau dengan menguranginya.
2.4.2 Realisa Pencegahan dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular: CHD
Walaupun mengalami kemajuan yang sangat pesat, penyakit jantung coroner (CHD) tetap menjadi pembunuh nomor 1 di Amerika. Mengurangi angka maut akhir CHD merupakan salah satu tujuan khusus healthy people 2010 .banyak faktor yang berperan dalam risiko seseorang mengalami penyakit ini. Baik masyarakat maupun individu sanggup berperan dalam pencegahan CHD.
Aturan Masyarakat
Masyarakat harus menyadari pentingnya pencegahan penyakit cara yang sangat tidak efektif dan paling mahal untuk menunjukkan pertolongan pada pasien CHD.
Walaupun perubahan sikap seseorang memegang prospek terbaik di dalam penurunan angka prevalensi penyakit jantung di negara ini, masyarakat sanggup menunjukkan lingkungan yang sanggup mendukung perubahan sikap tersebut. Contoh, masyarakat sanggup mendukung pembatasan area merokok dan sanggup menunjukkan pesan yang terang bagi kaum muda bahwa merokok merusak kesehatan. Komunitas juga sanggup menyediakan kesempatan yang memadai untuk pelaksanaan skrining kesehatan terhadap faktor-faktor resiko ibarat hipertensi dan kadar kolesterol serum. Olahraga sanggup mengurangi obesitas dan meningkatkan high density lipoprotein (HDL) dalam darah, yang pada giliranya menurungkan resiko serangan jantung.
Aturan Indivisual
Faktor-faktor risiko untuk CHD sangat banyak. Beberapa faktor risiko tersebut tidak sanggup dimodifikasi, sementara faktor risiko yang lain sanggup dimodifikasi (dikurangi) untuk meningkatkan kesehatan seseorang. Setiap orang sanggup meningkatkan kekebalannya terhadap CHD dengan mengetahui perbedaan antara tipe-tipe faktor risiko dan dengan mengadopsi sikap yang sanggup mencegah atau menunda awitan CHD.
Faktor risiko tak termodifikasikan untuk CHD antara lain, ras, jenis kelamin, tipe kepribadian, usia, dan laju metabolik basal. Yang juga diwariskan ialah kadar awal kolesterol serum seseorang. Dengan begitu, anak yang orangtuanya mempunyai kadar kolesterol serum tinggi termasuk dalam kelompok yang berisiko untuk kadar yang sama tingginya, apapun dietnya.
2.5 Cara Pencegahan Penyakit Secara Sederhana
Berikut ini ialah beberapa langkah cara pencegahan penyakit:
- Selalu menjaga kebersihan diri. Ini ialah langkah awal yang harus dilakukan dalam pencegahan penyakit. Menjaga kebersihan diri bisa dilakukan dengan cara mandi minimal 2x sehari dengan memakai sabun dan air bersih. Mencuci rambut minimal 2 hari sekali juga merupakan langkah yang sempurna dalam menjaga kebersihan diri. Selain itu, menjaga kuku tangan selalu pendek juga merupakan langkah yang sempurna lantaran bisa menghindari bakteri bersarang di dalam kuku yang panjang dan tidak terawat
- Menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan kawasan tinggal kita merupakan area yang sangat rawan dalam penularan banyak sekali macam penyakit. Bila kita tinggal di lingkungan yang kotor serta sistem sanitasi yang buruk, sudah bisa dipastikan bahwa kita menjadi rentan tertular banyak sekali macam penyakit. Langkah konkrit dalam menjaga kebersihan lingkungan ialah dengan cara membuang sampah pada tempatnya, tidak buang air besar dan kecil di sembarang tempat, menjaga kualitas air yang dipakai untuk mandi, memasak, dan mencuci.
- Selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi. Makanan yang bergizi tidak harus selalu makanan yang mahal. Yang penting makanan tersebut mengandung gizi serta vitamin yang baik bagi tubuh kita. Penyakit akan praktis sekali menular pada tubuh yang kurang fit dan mempunyai imunitas yang rendah. Oleh lantaran itu, dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, tubuh kita menjadi sehat dan berpengaruh sehingga terhindar dari banyak sekali macam penyakit.
- Imunisasi. Walaupun pendapat masyarakat Indonesia mengenai imunisasi hingga ketika ini masih terbelah menjadi 2, antara yang pro dan kontra dengan imunisasi, namun dari sudut pandang ilmu kedokteran, imunisasi merupakan langkah yang sempurna dalam pencegahan penyakit terutama penyakit - penyakit yang berbahaya dan sifatnya fatal bagi kesehatan manusia.
- Menghindari lingkungan yang menjadi endemi suatu penyakit. Sebisa mungkin kita menghindari untuk tinggal di wilayah yang menjadi endemi bagi penyakit, terlebih bila penyakit tersebut telah ditetapkan sebagai wilayah dengan KLB (kasus luar biasa) suatu penyakit. Namun bila hal ini tidak memungkinkan, maka langkah sempurna yang harus kita lakukan ialah dengan menjaga kesehatan dan kebersihan secara ekstra ketat. Dalam beberapa masalah tertentu, ibarat KLB penyakit kaki gajah, maka pemerintah akan turun tangan dengan cara menunjukkan obat-obatan kepada masyarakat untuk dikonsumsi
- Memeriksakan kesehatan secara rutin. Ini sangat penting untuk dilakukan sebagai langkah pencegahan penyakit. Semakin dini suatu penyakit bisa diketahui, maka akan semakin praktis proses penyembuhannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas sanggup disimpulkan bahwa, pencegahan penyakit ialah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatanm dgn menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yg telah dibuktikan efektif. Dalam pencegahan penyakit terdapat beberapa tingkatan, yaitu : Pencegahan tingkat pertama (primary prevention), pencegahan tingkat kedua (secondary prevention), pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention). Dengan mengetahui tingkatan-tingkatan dalam pencegahan penyakit kita sanggup menerapkannya untuk pencegahan penyakit menular dan tidak menular. Untuk lebih sanggup merealisasikan pencegahan penyakit, terdapat beberapa cara sederhananya, yaitu : Selalu menjaga kebersihan diri, menjaga kebersihan lingkungan, selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi, imunisasi, menghindari lingkungan yang menjadi endemi suatu penyakit, memeriksakan kesehatan secara rutin.
.jpg)