Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tumor Abdomen
Friday, 3 January 2014
Edit
I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
1. Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan disekitarnya serta tidak mempunyai kegunaan bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2001)
2. Tumor yaitu : benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)
3. Tumor yaitu : massa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm. (Carwin, Elizabeth.J. 2000)
4. Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah erkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan memilih struktur yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tumor lantaran terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan mengakibatkan metastasis.
Ada beberapa factor yang sanggup mengakibatkan terjadinya tumor antara lain:
1. Karsinogen
2. Hormone
3. Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan masakan yang kurang berserat.
4. Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler.
5. Genetic
Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
6. Insiden
Tumor yaitu penyakit kedua sehabis penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan maut utama di Amerika Serikat. Lebih dari 496.000 orang Amerika meninggal akhir proses maligna, setiap tahunnya. Memperlihatkan frekuensinya, penyebab kematian akhir tumor di Amerika Serikat meliputi kanker paru, prostate, dan area kolorektal pada laki-laki dan pada tumor paru, payudara, dan area kolorektal pada wanita.(Smelstzer, Suzanne C.2001)
C. PATOFISIOLOGI
Tumor yaitu proses penyakit yang bermula ketika sel absurd di ubah oleh mutasi ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secar abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut.
Sel-sel neoplasma mandapat ener gi terutama dari anaerob karena kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak yang membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma sanggup mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut. (Kusuma, Budi drg. 2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran tumor) pada belahan tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum menyerupai yang telah digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang terang denagn penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda.(Smelstzer, Suzanne C.2001).
D. TANDA DAN GEJALA
1) Hiperplasia
2) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
3) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau lunak.
4) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
5) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
6) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
7) Nyeri
8) Anoreksia, mual, muntah.
9) Penurunan berat badan.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi :
1) Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan gambaran aneka macam struktur tubuh.
3) CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan jaringan untuk menawarkan pandangan potongan melintang.
4) Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan; sanggup meliputi penggunaan materi kontras.
5) Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima, digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
6) Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu ke dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
7) Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti dengan pencitraan yang menjadi tempat ber kumpulnya radioisotope.(Smeltzer, Suzanne C.2001).
F. PENATALAKASAAN MEDIS
1) Pembedahan
Pembedahan yaitu modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni subtotal atau total, dan dipakai untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk memilih apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
2) Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energy yang dipakai pada radioterapi yaitu ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3) Kemoterapi
Kemoterapi kini telah dipakai sebagai terapi aksesori untuk reseksi tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4) Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.(Danielle Gale. 2000).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupak dasar proses keperawatan diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien agar dapat menawarkan rah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan keperawatan sanagat tergantung kepada kecermatan dan ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat komponen antara lain : pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan murka
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet jelek ( rendah serat, tinggi lemak, aditif materi pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan hingga berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang merokok.) Pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala : pemajanan materi kimia toksik. Karsinogen
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida, pasangan seks miltifel, kegiatan seksual dini.
k. Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung. Riwayat perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data dari hasil pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat, 1994,1). Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan tumor abdomen antara lain :
Pre operasi
a) Nyeri (akut) b/d proses penyakit
b) Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
c) Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Intra opreasi
a) Resiko penurunan curah jantung berafiliasi dengan imbas anestesi (vasodilatasi)
b) Ketidakefektifan referensi nafas berafiliasi dengan imbas anestesi (melemahkan otot – otot diafragma)
c) Resiko injuri berafiliasi dengan proses pembedahan (penggunaan alat cauther)
Post operasi
a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berafiliasi dengan tindakan pembedahan.
b) Nyeri berafiliasi dengan terputusnya kontinuitas jaringan akhir tindakan operasi.
c) Resiko bisul berafiliasi dengan adanya luka operasi.
d) Gangguan pemenuhan nutrisi berafiliasi dengan intake yang tidak adekuat.
e) Kerusakan intregitas kulit/jaringan berafiliasi dengan insisi bedah.
3. PERENCANAAN
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibentuk planning tindakan untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah problem klien. (Budianna Keliat, 1994, 16)
Pre operasi
1. Nyeri berafiliasi dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, sikap berhati-hati
Hasil yang diharapkan :
a) Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
b) Mengikuti hukum farmakologis yang ditentukan
Intervensi | Rasional |
1) Tentukan riwayat nyeri contohnya lokasi, durasi dan skala. 2) Berikan tindakan kenyaman dasar misal: massage punggung dan kegiatan hiburan contohnya music. 3) Dorong penggunaan keterampilan penggunaan keterampilan manajement nyeri contohnya relaksasi napas dalam. 4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. | 1) Informasi menawarkan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi. 2) Dapat meningkatkan relaksasi 3) Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan rasa control. 4) Analgetik sanggup menghambat stimulus nyeri. |
2. Ansietas/cemas berafiliasi dengan perubahan status kesehatan.
Kemungkinan dibuktikan oleh: peningkatan ketegangan, gelisah, mengekspresikan problem mengenai perubahan dalam bencana hidup.
Hasil yang diharapkan :
a) Menunjukkan rentang yang sempurna dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
b) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat sanggup diatasi.
c) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam pengaturan obat.
INTERVENSI | RASIONAL |
1. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan | 1. Memberikan kesempatan untuk menyidik takut realistis serta kesalahan konsep wacana diagnosis |
2. Berikan lingkungan terbuka sehingga klien merasa kondusif untuk mendiskusikan perasaannya | 2. Membantu klien merasa diterima pada kondisinya tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat |
3. Pertahankan kontak sesering mungkin dengan klien. | 3. Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak. |
4. Bantu klien/keluarga dalam mengenali dan mengklasifikasikan rasa takut untuk memulai berbagi seni administrasi koping. | 4. Dukungan dan konseling sesering dibutuhkan untuk memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut. |
5. Berikan informasi yang akurat | 5. Dapat menurunkan ansietas |
3. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Tujuan : sanggup mengungkapkan informasi akurat wacana diagnose dan hukum pengobatan.
Kriteria Hasil :
a. Pasien paham mengenai penyakitnya
b. Pasien mendapatkan proses pengobatan dengan baik
INTERVENSI | RASIONAL |
1. Tinjau ulang dengan klien/orang tedekat pemahaman diagnose khusus, alternative pengobatan dan sifat harapan. | - Memvalidasi tingkat pemahaman ketika ini mengidentifikasi kebutuhan berguru dan memberiakan dasar pengobatan dimana klien menciptakan keputusan menurut informasi. |
2. Tentukan persepsi klien wacana kanker dan pengobatan kanker | - Membantu identifiokasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan kesenjanagan pengetahaun wacana kanker. |
3. Tinjau ulang hukum pengobatan khusus dan penggunaan obat yang dijual bebas. | - Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perwatan diri dan menghindari potensial, komplikasi, reaksi/interaksi obat. |
4. Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat pentingnya mempertahankan status nutrisi optimal. | - Meningkatkan kesejateraan, memudahkan pemulihan dan memumgkinkan klien mentoleransi pengobatan |
5. Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serta dalam diet serta latihan teratur. | - Meperbaiki konsistensi feces dan merangsang peristaltic. |
Intra opresasi
1. Risiko penurunan curah jantung berafiliasi dengan imbas anestesi (vasokontriksi).
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria hasil : Tekanan darah dalam batas normal, tidak terjadi hipotensi.
Rencana tindakan :
a) Pantau atau catat kecenderungan frekuensi jantung dan tekanan darah khususnya terjadinya hipotensi.
Rasional : Hipotensi sanggup terjadi akhir kekurangan cairan dan vasokontriksi pembuluh darah.
b) Catat suhu kulit atau warna dan kualitas atau kesamaan nadi perifer.
Rasional : kulit hangat, merah muda dan nadi besar lengan berkuasa indikator curah jantung adekuat.
c) Berikan oksigen aksesori sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan oksigenisasi maksimal, menurunkan kerja jantung.
d) Kolaborasi dalam pemberian cairan elektrolit dan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan pasien terpenuhi tergantung tipe pembedahan.
2. Ketidakefektifan referensi nafas berafiliasi dengan imbas anestesi (relaksasi otot – otot diafragma).
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria hasil : referensi nafas normal (18 – 20 x/menit)/efektif, tidak terjadi sianosis atau tanda – tanda hipoksia
Rencana tindakan :
a) Pertahankan jalan udara pasien
Rasional : Mencegah obstruksi jalan nafas
b) Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan pasien
Rasional : Memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya sanggup segera dilakukan.
c) Pantau TTV secara terus menerus
Rasional : Meningkatnya pernafasan, takikardi, bradhikardi, memperlihatkan kemungkinan hipoksia
d) Posisikan pasien pada posisi yang sesuai dengan jenis pembedahan dan anestesi
Rasional : Posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru dan menurunkan tekanan pada diafragma
e) Observasi fungsi otot terutama otot pernafasan
Rasional : Obat anestesi dalam proses pembedahan sanggup menimbulkan relaksasi pada otot pernafasan.
3. Risiko injuri berafiliasi dengan proses pembedahan (penggunaan alat cauther).
Tujuan : Cedera tidak terjadi
Kriteria hasil : Meningkatkan keamanan dan memakai sumber – sumber secara tepat
Rencana tindakan :
a) Antisipasi gerakan jalur dan mendukung posisi pasien yang tepat
Rasional : Mencegah tegangan atau dislokalisasi
b) Pastikan keamanan elektrikal dan alat – alat yang dipergunakan selama mekanisme operasi
Rasional : investigasi alat – alat elektrik secara periodik penting dilakukan untuk keamanan pasien dan tindakan operasi
c) Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai memakai handuk basah, spon dan penghentian pendarahan
Rasional : mencegah kerusakan integritas kulit dan beri batasan perlukaan anatomi pada area operasi
d) Berikan petunjuk yang sederhana dan singkat pada pasien yang sadar
Rasional : membantu pasien dalam memahami mekanisme yang dilakukan sehingga mengurangi resiko cedera
Post operasi
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berafiliasi dengan tindakan pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga membrane mukosa lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil dan haluaran urien adekuat.
INTERVENSI | RASIONAL |
1. Pantau gejala vital dengan sering. Periksa balutan luka dengan sering selama 24 jam pertama terhadap gejala darah merah terang dan berlebihan. | · Tanda-tanda awal hemoragi usus dan pembentukan hematoma yang sanggup mengakibatkan syok hepovelemik. |
2. Palpasi nadi periver. Evaluasi pengisian kapiler turgor kulit, dan status membrane mukosa. | · Memberikan informasi wacana volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi. |
3. Perhatikan adanya edema. | · Edema sanggup terjadi Karena perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin (protein). |
4. Pantau masukan dan haluaran. | · Indikator eksklusif dari hidrasi organ dan fungsi. Memberikan fatwa untuk penggantian cairan. |
5. Pantau suhu tubuh. | · Demam rendah umum selama 24-48 jam pertama dan sanggup menambah kehilangan cairan. |
2. Resiko bisul berafiliasi dengan adanya luka operasi.
Tujuan : Resiko bisul tidak terjadi.
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak berair dan tidak ada tanda- tanda bisul (kalor, dolor, rubor, tumor).
INTERVENSI | RASIONAL |
1. Kaji gejala bisul dan vital sign. | · Mengetahui gejala bisul dan memilih intervensi selanjutnya. |
2. Gunakan tehnik septik dan antiseptic. | · Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan bakteri penyebab infeksi. |
3. Berikan penyuluhan wacana cara pencegahan infeksi. | · Memberikan pengertian kepada klien biar sanggup mengetahui wacana perawatan luka. |
4. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik. | · Obat antibiotik sanggup membunuh bakteri penyebab infeksi |
3. Nyeri akut berafiliasi dengan luka operasi
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri terkontrol , tampak rileks dan bisa istirahat dengan tepat
Tindakan keperawatan
a. Catat petunjuk non-verbal mislanya gelisah, menolak untuk bergerak , berhati – hati dengan abdomen.
Rasional : Bahasa tubuh / non-verbal sanggup secara psikologis dan fisiologik sanggup dipakai sebagi petunjuk lisan untuk mengidentifikasi nyeri.
b. Kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik ( sakal 0-10 ) selidiki dan laporkan perubahan nyeri yang tepat
Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat ,kemajuan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC.
Ganong, F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
Marrilyn, E. Doengus. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Smelster, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2 . Jakarta : EGC.