Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dewasa
Friday, 13 December 2013
Edit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masa ini pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sangat penting di pelajari sebagai materi pemikiran untuk mengetahui ciri – ciri ideal pertumbuhan pada masa remaja awal menyerupai perkembangan fisik, motorik, bahasa, dan pembiasaan sosial. Sehingga kita sanggup memahami bagaimana normalnya tumbuh kembang pada usia bayi tersebut. Oleh alasannya yaitu itu, pembahasan perihal tumbuh kembang sangat baik diangkat sebagai materi makalah sehingga kita tahu bagaimana perkembangan dan pertumbuhan remaja awal hingga lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan dilema dalam penulisan ini, sebagai berikut.
1. Bagaimanakah komunikasi terapeutik tersebut ?
2. Bagaimanakah komunikasi pada klien dewasa tersebut ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan ini sebagai berikut
1. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui komunikasi pada klien dewasa
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dalam penulisan ini sebagai berikut.
1. Mahasiswa sanggup memahami komunikasi terapeutik
2. Mahasiswa sanggup memahami komunikasi pada klien dewasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Terapeutik
2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan ( As Hornby dalam Intan, 2005). Maka di sini sanggup diartikan bahwa terapeutik yaitu segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Dan komunikasi terapeutik merupakankomunikasi professional bagi perawat.
2.1.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik
Dengan mempunyai keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih gampang menjalin hubungan saling percaya dengan klien,memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
2.1.3 Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik ( christina, ddk. 2003) yaitu :
a. Mendorong dan menganjurkan kolaborasi antarperawat dengan pasien melalui hubungan perawat dan klien.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji dilema serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.
2.1.4 Keberhasilan Komunikasi
Komunikasi yang sanggup menghipnotis keberhasilan suatu insiden komunikasi tersebut yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Untuk mencapai komunikasi terapeutik dalam hubungan perawat dan klien, dapat dipercaya perawat sebagai komunikator akan menentukan keberhasilan hubungan yang terapeutik. Karakteristik keberhasilan komunikasi yaitu :
a. Memiliki kesadaran yang tinggi
b. Mampu melaksanakan penjelasan nilai
c. Mampu mengeksplorasikan perasaan
d. Mampu untuk menjadi model peran
e. Motifasi altruistic
f. Rasa tanggung jawab dan etik.
Elemen pesan yang sanggup menentukan keberhasilan komunikasi, juga harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Pesan yang harus direncanakan
b. Pesan memakai bahasa yang sanggup dimengerti oleh kedua pihak
c. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
d. Pesan harus berisi hal-hal yang sanggup dipahami
e. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar
2.1.5 Faktor yang Menghambat dalam Proses Terapeutik
a. Kemampuan pemahaman yang berbeda
b. Pengamatan atau penafsiran yang berbeda alasannya yaitu pengalaman masa lalu
c. Komunikasi satu arah
d. Kepentingan yang berbeda
e. Memberikan jaminan yang tidak mungkin
f. Memberi tahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
g. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
h. Menurut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakan
i. Menghentikan atau mengalihkan pembicaraan
j. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita
k. Terlalu banyak bicara
l. Memperlihatkan sifat jemu, bosan, dan pesimis.
2.1.6 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian
b. Menunjukkan penarimaan
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
d. Pertanyaan terbuka
e. Mengulang ucapan klien
f. Mengklarifikasikan
g. Memfokuskan
h. Menyatakan hasil observasi
i. Menawarkan informasi
j. Diam atau memelihara ketenangan
k. Meringkas
l. Memberikan penghargaan
m. Menawarkan diri
n. Mengajukan untuk meneruskan pembicaraan
o. Menempatkan insiden secara berurutan
p. Memberikan nasehat
q. Memberikan kesempatan
r. Refleksi
s. Assertive
t. Humor
2.1.7 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
a. Hubungan perawat dengan klien yaitu hubungan terapeutik yang saling menguntungkan.
b. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal devito yaitu keterbukaan, empati, sifat mendukung, sikap positif dan kesetaraan.
c. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia
d. Perawat memakai dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk memberi pengertian dan merubah prilaku klien.
e. Perawat harus menghargai keunikan klien.
f. Komunikasi yang dilakukan harus sanggup menjaga harga diri.
2.2 Komunikasi pada Klien Dewasa
2.2.1 Komunikasi pada masa remaja awal
Dari segi psikologis, Orang remaja dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu yaitu :
1. Komunikasi yaitu sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang remaja itu sendiri, maka orang remaja tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir.
2. Komunikasi yaitu suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, insan punya perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi yaitu hasil kerjasama antara insan yang saling memberi dan menerima, akan berguru banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.
Komunikasi pada remaja awal mengalami puncaknya pada kematangan fisik, mental dan kemampuan social mencapai optimal. Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah membentuk orang dewasa. melaksanakan komunikasi dengan orang lain, baik pada setting professional ketika mereka bekerja atau pada ketika mereka berada di lingkungan keluarga dan masyarakat umum.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa remaja telah mencapai tahap optimal, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk membuatkan komunikasi (sebagai media transfer informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima, individu remaja tidak hanya melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut dengan lebih baik serta membuat hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks atau situasi pesan tersebut disampaikan. Pesan yang diterima individu remaja kadang-kadang dipersepsikan bukan hanya dari konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks lagi diubahsuaikan dengan situasi dan keadaan yang menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal kata tersebut ketika diungkapkan dengan nada datar, akan memberi kesan yang menyesalkan. Kesan ini semakin kuat jikalau penyampai pesan memperlihatkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raur wajah, kepala menunduk. Namun, jikalau ungkapan tersebut diucapkan dengan memakai bahasa yang halus dan mendesah serta memberikan pesan dengan memperlihatkan ekspresi mata bersinar, wajah cerah atau normal, persepsi individu remaja tersebut yaitu bahwa makna kata “sayang” tersebut yaitu perasaan suka atau cinta. Kemampuan untuk menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan lingkungan memberi keuntungan alasannya yaitu pesan yang kompleks sanggup disampaikan secara sederhana. Namun, kadang-kadang kemampuan kompleks untuk menangkap pesan ini menjadikan kerugian pada insan alasannya yaitu kesalahan dalam mendapatkan pesan menjadi lebih besar, akhir pengguna persepsi dan lingkungan yang lebih kompleks. Contoh : seseorang yang meludah didepan atau didekat orang seseorang kadang-kadang di persepsikan sebagai rasa tidak suka atau benci terhadap orang tersebut, atau orang yang meludah tersebut tidak bermaksud sebagaimana dipersepsikan orang lain. Situasi diatas selanjutnya menjadikan konflik antar individu atau kelompok.
2.2.2 Suasana Komunikasi
Agar komunikasi dengan klien remaja efektif perlu memperhatikan terciptanya suasana komunikasi yang mendukung tercapainya tujuan komunikasi menyerupai saling menghormati, percaya dan terbuka.
a. Suasana saling menghormati
Untuk sanggup berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa, lawan komunikasi (perawat/tenaga kesehatan) harus sanggup menghormati pendapat pribadinya. Klien remaja akan merasa lebih bahagia apabila ia diperbolehkan untuk memberikan pemikiran atau pendapat, ide, dan sistem nilai yang dianutnya. Apabila hal-hal tersebut diabaikan akan menjadi hambatan bagi keberlangsungan komunikasi.
b. Suasana saling percaya
Komunikasi dengan klien remaja perlu memperhatikan rasa saling percaya akan kebenaran info yang dikomunikasikan. Apabila hal ini sanggup diwujudkan maka tujuan komunikasi akan lebih gampang tercapai.
c. Suasana saling terbuka
Keterbukaan untuk mendapatkan hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau tenaga kesehatan dan klien remaja akan memudahkan tercapainya tujuan komunikasi.
Klien remaja yang menjalani perawatan di rumah sakit sanggup merasa tidak berdaya, dan tidak kondusif ketika berada dihadapan pribadi-pribadi yang mengatur sikap dan perilakunya. Status kemandirian mereka berkembang menjadi bergantung pada hukum dan ketetapan pihak lain. Hal ini sanggup menjadi suasanya yang dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan ini sanggup terungkap dalam bentuk sikap emosional dan agresif. Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang remaja oleh para professional,pasien remaja akan bisa bergerak lebih jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap maslahnya.
2.2.3 Model Komunikasi dan Implementasinya pada Klien Dewasa
Untuk sanggup berkomunikasi secara efektif dengan klien remaja sanggup diterapkan beberapa model konsep komunikasi sebagai berikut:
a. Model Shanon & Weaver
Model Shanon & Weaver memperhatikan problem pada penyampaian pesan info menurut tingkat kecermatan. Model ini mengilustrasikan sumber dalam bentuk sandi. Diasumsikan bahwa sumber info memberikan sinyal yang sesuai dengan kanal info yang digunakan. Gangguan yang timbul sanggup mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model ini sanggup diterapkan pada konsep komunikasi antarpribadi. Faktor yang menguntungkan dari implementasi model ini ialah pesan yang disampaikan sanggup diterima pribadi oleh pihak penerima. Meskipun demikian, pada model ini pun terdapat kelemahan yang berupa hubungan antara sumber dan akseptor pesan tidak kasat mata. Karena itu klien remaja lebih menentukan komunikasi secara pribadi alasannya yaitu penerapan komunikasi melalui mediator sanggup mengurangi kejelasan pesan yang dikomunikasikan.
b. Model Komunikasi Leary
Model komunikasi Leary menekankan dampak hubungan interaksi di antara dua pihak yang berkomunikasi. Model ini mengamati sikap klien yang dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Model komunikasi Leary diterapkan dalam bidang kesehatan menurut keseimbangan info yang terjadi dalam komunikasi antara profesional dan klien. Dalam pesan komunikasi pada model ini ada dua dimensi yang perlu diperhatikan dalam penerapannya, yakni dimensi: penentu vs ditentukan, dan suka vs tidak suka.
Dalam jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai akseptor pesan yang ditentukan dan harus dipatuhi di bawah dominasi profesional kesehatan. Dalam komunikasi seharusnya terdapat keseimbangan kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan.
Apabila model komunikasi ini diterapkan pada klien remaja hanya sanggup dilakukan pada kondisi darurat untuk menyelamatkan hidup klien alasannya yaitu dalam kondisi darurat klien harus mentaati pesan yang disampaikan oleh perawat/profesional kesehatan. Tetapi pada klien/pasien dalam kondisi kronik model komunikasi ini tidak sempurna untuk diterapkan alasannya yaitu klien remaja mempunyai komitmen menurut sikap dan pengetahuannya yang tidak gampang dipengaruhi oleh perawat.
Pada kasus ini lebih sempurna apabila diterapkan dimensi suka (hue) dalam kadar tertentu, sebatas untuk sarana penyampaian pesan profesional. Model ini ditekankan pada pentingnya hubungan dalam membantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung.
c. Model Interaksi King
Model interaksi King menekankan arti proses komunikasi antara perawat dan klien dengan mengutamakan penerapan system perspektif untuk mengilustrasikan profesionalisme perawat dalam memperlihatkan pemberian kepada klien.
Model ini menekankan arti penting interaksi berkesinambungan di antara perawat dan klien dalam pengambilan keputusan mengenai kondisi klien menurut persepsi mereka terhadap situasi.
Interaksi merupakan proses dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan, dan tindakan perawat-klien. Umpan balik pada model ini menunjuknya arti penting hubungan antara perawat dan klien.
Komunikasi menurut model interaksi King lebih sesuai diterapkan pada klien remaja alasannya yaitu model ini mempertimbangkan faktor intrinsik-ekstrinsik klien remaja yang bertujuan untuk menjalin transaksi. Umpan balik yang terjadi bermanfaat untuk mengetahui hasil info yang disampaikan diterima dengan baik oleh klien.
d. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan-klien. 3 faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2) Transaksi, dan 3) Konteks. Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang professional sanggup meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan yaitu seorang yang mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan, pelatihan dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien yaitu individu yang diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan. Transaksi merupakan akad interaksi antara partisipan didalam proses kumunikasi tersebut. Konteks yaitu komunikasi kesehatan yang mempunyai topik utama perihal kesehatan klien dan biasanya diubahsuaikan dengan temapt dan situasi. Penerapannya Terhadap komunikasi klien Dewasa Model komunikasi ini juga sanggup diterapkan pada klien dewasa, alasannya yaitu professional kesehatan (perawat) memperhatikan karekterisitik dari klien yang akan menghipnotis interaksinya dengan orang lain. Transaski yang dilakukan secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga tidak melibatkan orang lain yang kuat terhadap kesehatn klien. Konteks komunikasi diubahsuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang remaja memerlukan suatu hukum tertentu menyerupai : sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, factor, budaya, nilai yang dianut, factor psikologi dll, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut semoga tidak terjadi kesakahpahaman. Pada komunikasi pada orang remaja diupayakan semoga perawat mendapatkan sebagaimana insan seutuhnya dan perawat harus sanggup mendapatkan setiap orang berbeda satu dengan yang lain. Berdasarkan pada hal tertentu diatas, model konsep komunikasi yang sempurna dan sanggup diterapkan pada klien remaja yaitu model komunikasi ini membuktikan hubungan relationship yang memperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerima, serta adanya umpan balik untuk mengevalusi tujuan komunikasi.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk menghipnotis tingkah laris insan kearah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep komunikasi yang sempurna untuk setiap karakteristik klien.
a. Orang remaja mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menetap dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang sempurna semoga tujuan sanggup tercapai.
b. Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien remaja yaitu model interaksi king dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling member dan mendapatkan serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah imformasi yang disampaikan sesuai dengan yang ingin dicapai.