Farmakologi - Obat Topikal



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Obat topikal ialah obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya menimbulkan imbas lokal. Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya di suatu tempat kulit, memasang balutan lembab, merendam penggalan badan dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat.
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, aneka macam jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar mirip lotion, liniment, pasta dan bubuk yang biasanya digunakan untuk pengobatan ganggaun dermatologis contohnya gatal-gatal , kulit kering, benjol dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) yang digunakan untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina, maupun rectum. Dalam memperlihatkan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip enam benar biar kita sanggup terhindar dari kesalahan dalam memperlihatkan obat, namun ada baiknya kita mengetahui tugas masing-masing profesi yang terkait dengan upaya pengobatan.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1     Apakah definisi obat topical?
1.2.2     Apa saja sediaan obat topical serta indikasi dan kontra-indikasi obat topikal?
1.2.3     Bagaimanakah farmakokinetik obat topical?






1.3  Tujuan
1.3.1   Untuk mengetahui definisi obat topikal.
1.3.2   Untuk mengetahui sediaan obat topical serta indikasi dan kontra-indikasi obat topikal.
1.3.3   Untuk mengetahui farmakokinetik obat topical?



























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Obat Topikal
Topikal ialah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, contohnya tetes mata, salep mata, tetes indera pendengaran dan lain-lain. Pemberian obat pada kulit merupakan cara memperlihatkan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat pada indera pendengaran cara memperlihatkan obat pada indera pendengaran dengan tetes indera pendengaran atau salep. Obat tetes indera pendengaran ini pada umumnya diberikan pada gangguan benjol indera pendengaran khususnya pada indera pendengaran tengah (otitis media), sanggup berupa obat antibiotik. Pemberian obat pada mata cara memperlihatkan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata. Obat tetes mata digunakan untuk persiapan investigasi struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga sanggup digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

2.2  Sedian Obat Topical
1.      Cairan
Cairan ialah materi pembawa dengan komposisi air. Jika materi pelarutnya murni air disebut sebagai solusio. Jika materi pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang digunakan dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba.
§  Indikasi cairan
Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada:
a)      Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut atau kronik yang mengalami eksaserbasi.
b)      Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Efek kompres terbuka ditujukan untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema mirip eritema pada erisipelas.  Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga ulkus menjadi bersih.

2.      Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memperlihatkan imbas sangat superfi sial lantaran tidak menempel bersahabat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Oxydum zincicum merupakan suatu bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu magnesium polisilikat murni, sangat ringan. Dua materi ini dipakai sebagai komponen bedak, bedak kocok dan pasta.
§  Indikasi bedak
a)      Bedak digunakan pada tempat yang luas, pada tempat lipatan.

3.      Salep
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci dengan air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap materi salep memakai salah satu dasar salep tersebut.
1)      Dasar salep hidrokarbon. Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak mirip vaselin album (petrolatum), parafi n liquidum. Vaselin album ialah golongan lemak mineral diperoleh dari minyak bumi. titik cair sekitar 10-50°C, mengikat 30% air, tidak berbau, transparan, konsistensi lunak. Hanya sejumlah kecil komponen air sanggup dicampurkan ke dalamnya. Sifat dasar salep hidrokarbon sukar dicuci, tidak mongering dan tidak berubah dalam waktu lama. Salep ini ditujukan untuk memperpanjang kontak materi obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup. Dasar salep hidrokarbon terutama digunakan sebagai materi emolien.
2)       Dasar salep serap. Dasar salep serap dibagi dalam 2 tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafi n hidrofi lik dan lanolin anhidrat [adeps lanae]) dan bentuk emulsi (lanolin dan cold cream) yang sanggup bercampur dengan sejumlah larutan tambahan. Adeps lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan menempel sehingga sukar dioleskan, gampang mengikat air. Adeps lanae hydrosue atau lanolin ialah adeps lanae dengan akua 25-27%. Salep ini sanggup dicuci namun kemungkinan materi sediaan yang tersisa masih ada walaupun telah dicuci dengan air, sehingga tidak cocok untuk sediaan kosmetik. Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.
3)      Dasar salep yang sanggup dicuci dengan air. Dasar salep ini ialah emulsi minyak dalam air contohnya salep hidrofi lik. Dasar ini dinyatakan “dapat dicuci dengan air” lantaran gampang dicuci dari kulit, sehingga lebih sanggup diterima untuk dasar kosmetik. Dasar salep ini tampilannya mirip krim lantaran fase terluarnya ialah air. Keuntungan lain dari dasar salep ini ialah sanggup diencerkan dengan air dan gampang menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologi.
4)      Dasar salep larut dalam air. Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” terdiri dari komponen cair. Dasar salep jenis ini memperlihatkan banyak laba mirip halnya dasar salep yang sanggup dicuci dengan air lantaran tidak mengandung materi tak larut dalam air mirip parafi n, lanolin anhidrat. Contoh dasar salep ini ialah polietilen glikol. Pemilihan dasar salep untuk digunakan dalam formulasi salep bergantung pada beberapa faktor, mirip kecepatan pelepasan materi obat dari dasar salep, peresapan obat, kemampuan mempertahankan kelembaban kulit oleh dasar salep, waktu obat stabil dalam dasar salep, imbas obat terhadap dasar salep. Pada dasarnya tidak ada dasar salep yang ideal. Namun, dengan pertimbangan faktor di atas dibutuhkan sanggup diperoleh bentuk sediaan yang paling baik.

§  Indikasi salep
a.       Salep digunakan untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik), termasuk likenifi kasi, hiperkeratosis.
b.      Dermatosis dengan skuama berlapis, pada ulkus yang telah bersih.
§  Kontraindikasi salep
Salep tidak digunakan pada radang akut, terutama dermatosis eksudatif lantaran tidak sanggup melekat, juga pada tempat berambut dan lipatan lantaran menimbulkan perlekatan.

4.      Krim
Krim ialah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih materi obat terlarut atau terdispersi dalam materi dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), contohnya cold cream, dan minyak dalam air (O/W), contohnya vanishing cream.
Contoh krim W/O:
·         R/ Cerae alba                     5
·         Cetacei                              10
·         Olei olivarum                    60
·         Aquae ad                           100
Contoh krim O/W:
·         R/ Cerae lanett N
·         Olei sesami aa                   15
·         Aquae ad                           100
Dalam praktik, umumnya apotek tidak bersedia menciptakan krim lantaran tidak tersedia emulgator dan pembuatannya lebih sulit dari salep. Jadi, kalau hendak menulis resep krim dan dibubuhi materi aktif, sanggup digunakan krim yang sudah jadi, contohnya biocream. Krim ini bersifat ambifi lik artinya berguna sebagai W/O atau O/W. Krim digunakan pada kelainan yang kering, superfi sial. Krim mempunyai kelebihan dibandingkan salep lantaran nyaman, sanggup digunakan di tempat lipatan dan kulit berambut.
Contoh emulsi O/W:
·         R/ Acid salicyl                  5%
·         Liq carb deterg                  5%
·         Biocream                           20
·         Aqua                                 40
Contoh emulsi W/O16:
·         R/ Acid salicyl                  5%
·         Liq carb deterg                  5%
·         Biocream                           20
·         Ol. Oliv                             20
§  Indikasi krim
Krim digunakan pada lesi kering dan superfi sial, lesi pada rambut, tempat intertriginosa.

5.      Pasta
Pasta ialah adonan salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari materi untuk salep contohnya vaselin dan materi bedak mirip talcum, oxydum zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu badan dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada penggalan yang diolesi. Efek pasta lebih menempel dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep.
§  Indikasi pasta
Pasta digunakan untuk lesi akut dan superfi sial.

6.      Bedak kocok
Bedak kocok ialah suatu adonan air yang di dalamnya ditambahkan komponen bedak dengan materi perekat mirip gliserin. Bedak kocok ini ditujukan biar zat aktif sanggup diaplikasikan secara luas di atas permukaan kulit dan berkontak lebih usang dari pada bentuk sediaan bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit.
§  Indikasi bedak kocok
Bedak kocok digunakan pada lesi yang kering, luas dan superfi sial mirip miliaria.
Beberapa teladan komposisi bedak kocok11:
·         R/ Oxidi zincici
·         Talci aa                  20
·         Glycerini               15
·         Aguae ad               100
·         R/ Oxidi zincici
·         Talci aa                  20
·         Gliserini                 15
·         Aquae
·         Spirit dil. Aa ad    100
Keuntungan penambahan spritus dilitus ialah memperlihatkan imbas pendingin lantaran akan menguap, sanggup melarutkan materi aktif yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, contohnya mentholium dan camphora. Kedua zat tersebut bersifat antipruritik. Jika hendak menambahkan materi padat berupa bubuk hendaknya diperhitungkan sehingga berat materi padat tetap 40%. Misalnya, kalau ditambahkan belerang precipitatum 20 gram, maka berat oxydum zincicum dan talcum harus dikurangi.
·         R/ Sulfuris precipitatum                20
·         Oxidi zincici
·         Talci aa                                          10
·         Glycerini                                       15
·         Aquae
·         Spiritus dil aa ad                           100

7.      Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibentuk dari partikel organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal dan fase ganda.9 Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal sanggup dibentuk dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan). Karbomer menciptakan gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda yaitu gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah contohnya gel alumunium hidroksida. Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari alumunium hidroksida yang tidak larut dan alumunium oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental, berwarna putih, yang efektif untuk menetralkan asam klorida dalam lambung. Gel segera mencair kalau berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik digunakan pada lesi di kulit yang berambut. Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memilliki keistimewaan:
b)      Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim.
c)      Sangat baik digunakan untuk area berambut.
d)      Disukai secara kosmetika.

8.      Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami mirip tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.

9.      Losion
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak sanggup larut terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak tergabung ini menimbulkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu. Pemakaian losion meninggalkan rasa cuek oleh lantaran evaporasi komponen air. Beberapa keistimewaan losion, yaitu gampang diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada anak. Contoh losion yang tersedia mirip losion calamin, losion steroid, losion faberi.

10.  Foam aerosol
Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif yang dilepas pada dikala sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, paru. Komponen dasar aerosol ialah wadah, propelen, konsentrat zat aktif, katup dan penyemprot. Foam aerosol merupakan emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif memakai propelen untuk mengeluarkan sediaan obat dari wadah. Foam aerosol merupakan sediaan gres obat topikal. Foam sanggup berisi zat aktif dalam formulasi emulsi dan surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah dilaporkan antara lain ketokonazol foam dan betametasone foam.
Keistimewaan foam:
1.      Foam dikala diaplikasikan cepat mengalami evaporasi, sehingga zat aktif tersisa cepat berpenetrasi.
2.      Sediaan foam memperlihatkan imbas iritasi yang minimal.

2.3  Farmakokinetik Obat Topikal
Farmakokinetik sediaan topikal secara umum menggambarkan perjalanan materi aktif dalam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada kulit dan kemudian diserap ke lapisan kulit, selanjutnya didistribusikan secara sistemik. Mekanisme ini penting dipahami untuk membantu menentukan sediaan topikal yang akan digunakan dalam terapi.
Perjalanan sediaan topikal sesudah diaplikasikan pada kulit tergambar pada Gambar 2.

Secara umum perjalanan sediaan topikal sesudah diaplikasikan melewati tiga kompartemen yaitu: permukaan kulit, stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum korneum sanggup berperan sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada obat masih berkontak dengan permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak sanggup dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian.
Unsur vehikulum sediaan topikal sanggup mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif berikatan pada lapisan yang dilewati mirip pada epidermis, dermis. Pada kondisi tertentu sediaan obat sanggup membawa materi aktif menembus hipodermis. Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh vaskular kulit pada dermis dan hipodermis.

 
Jalur penetrasi sediaan topical. Penetrasi sediaan topikal melewati beberapa macam jalur mirip pada Gambar 3.19


Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi 3 interaksi:
1.      Solute vehicle interaction: interaksi materi aktif terlarut dalam vehikulum.
Idealnya zat aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan gampang dilepaskan. Interaksi ini telah ada dalam sediaan.
2.      Vehicle skin interaction: merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat awal aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.
3.      Solute Skin interaction: interaksi materi aktif terlarut dengan kulit (lag phase, rising phase, falling phase).

a.      Penetrasi secara transepidermal
Penetrasi transepidermal sanggup secara interseluler dan intraseluler. Penetrasi interseluler merupakan jalur yang dominan, obat akan menembus stratum korneum melalui ruang antar sel pada lapisan lipid yang mengelilingi sel korneosit. Difusi sanggup berlangsung pada matriks lipid protein dari stratum korneum. Setelah berhasil menembus stratum korneum obat akan menembus lapisan epidermis sehat di bawahnya, hingga risikonya berdifusi ke pembuluh kapiler.
Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui difusi obat menembus dinding stratum korneum sel korneosit yang mati dan juga melintasi matriks lipid protein startum korneum, kemudian melewatinya menuju sel yang berada di lapisan bawah hingga pada kapiler di bawah stratum basal epidermis dan berdifusi ke kapiler.
b.      Penetrasi secara transfolikular
Analisis penetrasi secara folikular muncul sesudah percobaan in vivo. Percobaan tersebut memperlihatkan bahwa molekul kecil mirip kafein sanggup berpenetrasi tidak hanya melewati sel-sel korneum, tetapi juga melalui rute folikular. Obat berdifusi melalui celah folikel rambut dan juga kelenjar sebasea untuk kemudian berdifusi ke kapiler.

Obat topikal ialah obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya m FARMAKOLOGI - OBAT TOPIKAL      Absorpsi sediaan topikal secara umum
Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui beberapa fase:
a.       Lag phase
Periode ini merupakan dikala sediaan dioleskan dan belum melewati stratum korneum, sehingga pada dikala ini belum ditemukan materi aktif obat dalam pembuluh darah.
b.      Rising phase
Fase ini dimulai dikala sebagian sediaan menembus stratum korneum, kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga sanggup ditemukan dalam pembuluh darah.
c.       Falling phase
Fase ini merupakan fase pelepasan materi aktif obat dari permukaan kulit dan sanggup dibawa ke kapiler dermis.

Obat topikal ialah obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya m FARMAKOLOGI - OBAT TOPIKAL      Penyerapan sediaan topikal secara umum dipengaruhi oleh aneka macam factor :
1.   Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus menyatu pada permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup.
2.   Konsentrasi materi aktif merupakan factor penting, jumlah obat yang diabsorpsi secara perkutan perunit luas permukaan setiap periode waktu, bertambah sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu pembawa.
3.   Penggunaan materi obat pada permukaan yang lebih luas akan menambah jumlah obat yang diabsorpsi.
4.   Absorpsi materi aktif akan meningkat kalau pembawa gampang menyebar ke permukaan kulit.
5.   Ada tidaknya pembungkus dan sejenisnya dikala sediaan diaplikasikan.
6.   Pada umumnya, menggosokkan sediaan akan meningkatkan jumlah materi aktif yang diabsorpsi.
7.   Absorpsi perkutan akan lebih besar bila sediaan topikal digunakan pada kulit yang lapisan tanduknya tipis.
8.   Pada umumnya, makin usang sediaan menempel pada kulit, makin banyak kemungkinan diabsorpsi. Pada kulit utuh, cara utama penetrasi sediaan melalui lapisan epidermis, lebih baik daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat, lantaran luas permukaan folikel dan kelenjar keringat lebih kecil dibandingkan dengan tempat kulit yang tidak mengandung elemen anatomi ini. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membrane semi permeabel, dan molekul obat berpenetrasi dengan cara difusi pasif.

Obat topikal ialah obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya m FARMAKOLOGI - OBAT TOPIKAL      Mekanisme kerja sediaan topical
Secara umum, sediaan topikal bekerja melalui 3 jalur di atas (Gambar 3). Beberapa perbedaan prosedur kerja disebabkan komponen sediaan yang larut dalam lemak dan larut dalam air.
1. Cairan
Pada dikala diaplikasikan di permukaan kulit, imbas mayoritas cairan akan berperan melunakkan lantaran difusi cairan tersebut ke masa abnormal yang terdapat di atas permukaan kulit; sebagian kecil akan mengalami evaporasi. Dibandingkan dengan solusio, penetrasi tingtura jauh lebih kuat. Namun sediaan tingtura telah jarang digunakan lantaran efeknya mengiritasi kulit. Bentuk sediaan yang pernah ada antara lain tingtura iodi dan tingtura spiritosa.
2. Bedak
Oxydum zincicum sebagai komponen bedak bekerja menyerap air, sehingga memberi imbas mendinginkan. Komponen talcum mempunyai daya lekat dan daya slip yang cukup besar. Bedak tidak sanggup berpenetrasi ke lapisan kulit lantaran komposisinya yang terdiri dari partikel padat, sehingga digunakan sebagai epilog permukaan kulit, mencegah dan mengurangi pergeseran pada tempat intertriginosa.
3. Salep
Salep dengan materi dasar hidrokarbon mirip vaselin, berada usang di atas permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh lantaran itu salep berbahan dasar hidrokarbon digunakan sebagai penutup. Salep berbahan dasar salep serap (salep absorpsi) kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi karen Dasar salep yang sanggup dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air bisa berpenetrasi jauh ke hipodermis sehingga banyak digunakan pada kondisi yang memerlukan penetrasi yang dalam.
4. Krim
Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan O/W lantaran komponen minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan usang di atas permukaan kulit dan bisa menembus lapisan kulit lebih jauh. Namun krim W/O kurang disukai secara kosmetik lantaran komponen minyak yang usang tertinggal di atas permukaan kulit. Krim O/W mempunyai daya pendingin lebih baik dari krim W/O, sementara daya emolien W/O lebih besar dari O/W.
5. Pasta
Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih mayoritas sebagai pelindung lantaran sifatnya yang tidak meleleh pada suhu tubuh. Pasta berlemak dikala diaplikasikan di atas lesi bisa menyerap lesi yang lembap mirip serum.
6. Bedak kocok
Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama pada permukaan kulit. Penambahan komponen cairan dan gliserin bertujuan biar komponen bedak menempel usang di atas permukaan kulit dan imbas zat aktif sanggup maksimal.
7. Pasta pendingin
Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan komponen cairan menciptakan sediaan ini lebiha komponen airnya yang besar. gampang berpenetrasi ke dalam lapisan kulit, namun bentuknya yang lengket menjadikan sediaan ini tidak nyaman digunakan dan telah jarang dipakai.
8. Gel
Penetrasi gel bisa menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan padakondisi yang memerlukan penetrasi mirip sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan absorpsi.
BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
1.      Sediaan topikal terdiri atas zat pembawa dan zat aktif.
2.      Idealnya suatu zat pembawa gampang dioleskan, gampang dibersihkan, tidak meng-iritasi dan menyenangkan secara kosmetik, selain itu zat aktif dalam pembawa gampang dilepaskan.
3.      Terdapat aneka macam bentuk sediaan topikal seperti: cairan, bedak, salep, krim, bedak kocok, pasta, pasta pendingin.
4.      Beberapa sediaan gres obat topikal: foam aerosol, cat, gel.
5.      Secara umum sediaan topikal melewati tiga jalur penetrasi yaitu interseluler, transeluler, transfolikuler.
6.      Mekanisme kerja sediaan topikal berupa difusi pasif menembus lapisan kulit.
7.      Cara pakai sediaan topikal pada umumnya dioleskan pada permukaan kulit, dan dengan penambahan cara lain mirip ditekan, digosok, kompres, dan oklusi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel