Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
Friday, 13 December 2013
Edit
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Komunikasi ialah elemen dasar dari interaksi insan yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain alasannya komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bahwa komunikasi ialah sesuatu yang mudah. Namun bantu-membantu ialah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laris dan kekerabatan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan insiden yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang terperinci dan gampang dimengerti digunakan untuk memberikan pesan alasannya arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana sanggup digunakan untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188).
Komunikasi ialah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu memberikan kekerabatan ( Potter-Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi teladan komunikasi. Perubahan yang berafiliasi dengan umur dalam sistem auditoris sanggup menjadikan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada indera pendengaran penggalan dalam dan indera pendengaran mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul “ komunikasi terapiutik pada lansia “.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi komunikasi terapeutik ?
2. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimana karakteristik lansia ?
4. Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
5. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
6. Apa saja kendala berkomunikasi dengan lansia ?
7. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dikala berinteraksi dengan lansia ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik ?
2. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Untuk mengetahui karakteristik lansia ?
4. Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
5. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia ?
6. Untuk mengetahui kendala berkomunikasi dengan lansia ?
7. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dikala berinteraksi dengan lansia ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapiutik
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik ialah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik ialah kekerabatan kolaborasi yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina kekerabatan intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan anutan penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
2.2 Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik ialah untuk mendorong dan menganjurkan kolaborasi antara perawat dan pasien melalui kekerabatan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji problem dan penilaian tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).
2.3 Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam meliputi:
a) Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b) Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c) Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 hingga 90 tahun
d) Usaia bau tanah (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat bermacam-macam untuk menggolongkan lansia namun perubahan-perubahan akhir dari usai tersebut telah sanggup di identifikasi, contohnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran. Perubahan- perubahan tersebut sanggup menghambat proses penerimaan dan interprestasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menimbulkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang besar lengan berkuasa pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat ialah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a) Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di berikan petugas kesehatan
b) Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
c) Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang mengikut sertakan dirinya
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
2.4 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi
2.4.1 Pendekatan fisik
Mencari informasi perihal kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang sanggup di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih gampang di laksanakan dan di carikan solusinya alasannya riil dan gampang di observasi.
2.4.2 Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melakukan pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang absurd atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang bersahabat bagi klien.
2.4.3 Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini biar klien sanggup berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
2.4.4 Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Allah atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.
2.5 Teknik Komunikasi Pada Lansia
Untuk sanggup melakukan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang memadai perihal karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus memiliki teknik-teknik khusus biar komunikasi yang di lakukan sanggup berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang sanggup di terapkan antara lain:
2.5.1 Teknik asertif
Asertif ialah sikap yang sanggup menerima, memahami pasangan bicara dengan membuktikan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara biar maksud komunikasi atau pembicaraan sanggup di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan moral berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga kekerabatan yang terapeutik dengan klien lansia.
2.5.2 Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau penjelasan perihal perubahan tersebut contohnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan dikala ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu usul pertolongan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan membuat perasaan damai bagi klien.
2.5.3 Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan alasannya umumnya klien lansia bahagia menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
2.5.4 Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap menimbulkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini sanggup menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien alasannya ini sanggup merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu sanggup melaksanakanya……. dan bila diharapkan kami sanggup membantu’.
2.5.5 Klarifikasi
Dengan aneka macam perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat biar maksud pembicaraan kita sanggup di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa mendapatkan apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
2.5.6 Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan lapang dada sanggup menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun sanggup berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan kekerabatan antara klien dengan petugas kesehatan.
2.6. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila ada sikap berangasan dan sikan nonasertif.
2.6.1 Agresif
Sikap berangasan dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di bawah ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan.
2.6.2 Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan
e) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f) Tampil membisu (pasif)
g) Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga kekerabatan baik dengan orang lain.
Adanya kendala komunikasi kepada lansia merupkan hal yang masuk akal seiring dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat di tuntut bisa mengatasi kendala tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan biar komunikasi berjalan gengan efektif antara lain
a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b) Keraskan bunyi anda kalau perlu
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah ia biar ia sanggup melihat lisan anda.
d) Atur lingkungan sehinggga menjadi aman untuk komunikasi yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
e) Ketika merawat orang bau tanah dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g) Berbicara dengan pelan dan terperinci dikala menatap matanya gunakan kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
h) Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i) Serasikan bahasa badan anda denagn pembicaraan anda, contohnya ketika melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa informasi tersebut ialah elok seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada bunyi anda yang menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j) Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k) Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
l) Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan impian anda menuntaskan kalimat.
m) Jadilah pendengar yang baik walaupun impian sulit mendengarkanya.
n) Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini biasanya paling bersahabat dengan teladan komunikasi klien dan sanggup membantu proses komunikasi.
2.7 Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan
Penolakan ialah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian positif atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia mendapatkan perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga sanggup menjalin komunikasi yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan reaksi penolakan, antara lain :
1) Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laris dalam batas waktu tenggang tertentu. Hal ini merupakan prosedur pembiasaan diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.
2) Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.
3) Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan sempurna
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan planning / tindakan sanggup terlaksana dengan baik dan sempurna
2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan dikala berinteraksi pada lansia
1. Menunjukkan rasa hormat, menyerupai “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2. Hindari memakai istilah yang merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan ialah kunci komunikasi efektif
5. Beri kesempatan pasien untuk memberikan perasaannya
6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, memakai bahasa dan kalimat yang sederhana.
7. Menggunakan bahasa yang gampang dimengerti pasien
8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11. Mengurangi kebisingan dikala berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup dikala berinteraksi.
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien dikala berinteraksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pemaparan diatas, sanggup kami tarik kesimpulan :
1. Komunikasi terapeutik ialah kekerabatan kolaborasi yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina kekerabatan intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).
2. Manfaat komunikasi terapeutik ialah untuk mendorong dan menganjurkan kolaborasi antara perawat dan pasien melalui kekerabatan perawat dan pasien
3. Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam meliputi:usia pertengahan, usia lanjut, usia lanjut usia dan usia tua.
4. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan fisik, psikologis, social, dan spiritual
5. Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif, responsif, focus, supportif , klarifikasi, sabar dan ikhlas.
6. Hambatan berkomunkasi dengan lansia : agresif, non-asertif.
7. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi penolakan klien, orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri, libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan dikala berinteraksi pada lansia: memberikan rasa hormat hindari memakai istilah yang merendahkan pasien, pertahankan kontak mata dengan pasien dan lainnya.
