Konsep Riketsia
Friday, 13 December 2013
Edit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Riketsia ialah basil kecil yang merupakan benalu intraseluler obligat dan ditularkan ke insan melalui artropoda, kecuali demam Q. Rickettsia merupakan spesies yang dibawa oleh banyak kutu, dan mengakibatkan penyakit pada insan menyerupai tipus, rickettsialpox, demam Boutonneuse, demam gigitan kutu Afrika, demam Rocky Mountain, Australia Tick Tifus, Pulau Flinders Spotted Demam tifus dan Queensland tick. Bakteri riketsia juga dikaitkan dengan banyak sekali penyakit tanaman. Riketsia hanya tumbuh di dalam sel-sel hidup, sama menyerupai virus. Nama rickettsia sering digunakan untuk setiap anggota Rickettsiales. Mereka dianggap sebagai kerabat terdekat basil yang berasal dari organel mitokondria yang ada di dalam sebagian besar sel eukariotik. Metode tumbuh Rickettsia pada embrio ayam ditemukan oleh Ernest William Goodpasture dan rekan-rekannya di Vanderbilt University di awal 1930-an.
Pada bulan Maret 2010 peneliti Swedia melaporkan perkara meningitis basil pada perempuan disebabkan oleh Rickettsia Helvetica. Di Amerika Serikat, ada sekitar 500 hingga 1.000 perkara setiap tahun, dengan angka maut sekitar 7%, jikalau pengobatan antibiotik tidak dimulai segera. Kasus tersebut hanya terjadi pada belahan bumi belahan Barat, sedangkan belahan Timur mempunyai demam kutu jenis lain . Suatu mikroba tergantung pada Ixodidae tertentu, atau kutu keras yang mendukung kelangsungan hidupnya. Umumnya, penyakit yang ditularkan oleh kutu yang ditemukan di Belahan Timur lebih ringan dari yang ditemukan di Barat.
Riketsia pernah menjadi epidemik di belahan Eropa, Meksiko dan Afrika Utara pada tahun ±1083. Dari banyak sekali kejadian di atas, maka kita perlu memahami dan mengetahui struktur basil Riketsia beserta penyakit yang ditimbulkan dari infeksi Riketsia serta hal-hal lainnya yang terkait dengan riketsia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari riketsia ?
2. Bagaimanakah struktur basil riketsia?
3. Apa sajakah infeksi yang sanggup ditularkan oleh basil riketsia?
4. Bagaimanakah prosedur pertahanan tubuh dalam mengatasi infeksi basil riketsia?
5. Bagimanakah pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh basil riketsia?
6. Bagaimanakah deskripsi hasil investigasi laboratorium pada penderita penyakit yang disebabkan oleh basil riketsia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian riketsia.
2. Untuk mengetahui struktur basil riketsia.
3. Untuk mengetahui infeksi yang sanggup di tularkan oleh basil riketsia.
4. Untuk mengetahui prosedur pertahanan tubuh dalam mengatasi infeksi basil riketsia.
5. Untuk mengetahui pemberantasan penyakit yang di sebabkan oleh basil riketsia.
6. Untuk mengetahui deskripsi hasil investigasi laboratorium pada penderita penyakit yang disebabkan oleh basil riketsia.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian riketsia.
2. Dapat mengetahui struktur basil riketsia.
3. Dapat mengetahui infeksi yang sanggup di tularkan oleh basil riketsia.
4. Dapat mengetahui prosedur pertahanan tubuh dalam mengatasi infeksi basil riketsia.
5. Dapat mengetahui pemberantasan penyakit yang di sebabkan oleh basil riketsia.
6. Dapat mengetahui deskripsi investigasi laboratorium pada penderita penyakit yang disebabkan oleh basil riketsia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ricketsia
Ricketsia ialah suatu mikroorganisme yang mempunyai sifat antara basil atau virus. Bentuknya pleomorfik, berbentuk coccus, coccobacillus, baccilus atau filament; Gram negatif; ukuran; panjang antara 0,3-2,0 mikron dan tebal antara 0,3-0,5 mikron. Mempunyai dinding sel yang terang (seperti bakteri).dapat dilihat dengan mikroskop biasa (seperti bakteri). Ricketsia ialah benalu intra seluler (seperti virus), untuk pembenihannya perlu sel yang masih hidup.Berkembang biak dengan jalan membelah diri (seperti bakteri). Rickettsia spesies yang dibawa oleh banyak kutu, tungau , dan caplak, dan mengakibatkan penyakit pada insan menyerupai tipus, rickettsialpox, demam Boutonneuse, demam gigitan kutu Afrika, melihat demam Rocky Mountain, Australia Tick Tifus, Pulau Flinders Spotted Demam tifus dan Queensland tick. Penyakit lantaran ricketsia sanggup diobati dengan antibiotik. Ricketsia umumnya merupakan "parasit"pada arthropoda di mana arthropoda sebagai host intermediate,merupakan belahan dari siklus hidupnya. Ricketsia yang menumpang hidup pada arthropoda tidak mengakibatkan matinya arthropoda, sehingga hubungannya lebih bersifat simbiose mutualisme. Menularnya kepada insan melalui gigitan arthropoda atau melalui inhalasi udara yang mengandung debu-debu feces arthropoda yang berasal dari pakaian atau tempat tidur.Ricketsia mempunyai kecenderungan untuk menyerang sel endothelial kapiler, sehingga infeksi lantaran ricketsia selalu ditandai dengan adanya ruam di kulit (bintik kemerahan di kulit) lantaran pecahnya pembuluh kapiler.
2.2 Struktur Ricketsia
Rickettsia berasal dari Phylum : Proteobacteria,Kelas : Alpha Proteobacteria Ordo : Rickekettsiales Famili : Rickettsiaceae Genus : Rickettsia, Gram-negatif, non-sporeforming, bentuknya pleomorfik yang pada umumnya berukuran 1 – 0,3 mikron sanggup hadir sebagai cocci (0,1 pM diameter), batang (1-4 pM panjang) atau benang menyerupai (10 pM panjang). Meskipun sangat kecil dan selalu terdapat didalam sel, Rickettsia bukanlah termasuk virus melainkan golongan bakteri. Rickettsia mempunyai sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat basil yaitu mengandung asam nukleat yang terdiri dari RNA dan DNA , berkembang biak dengan pembelahan biner, dinding sel mengandung mukopeptida, mempunyai ribosom, mempunyai enzim yang aktif pada metabolisme, dihambat oleh obat-obat anti basil dan sanggup membentuk ATP sebagai sumber energi .Rickettsia sanggup berbentuk batang pendek, kokoid atau pleomorf (kokobasilus pleomorfik). Rickettsia mempunyai struktur dinding sel gram negative sehingga mempermudah untuk hidup didalam kuning telur embrio yang terdiri dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat dan asam diaminopimelat. Pada rickettsia, belahan yang tumbuh berbeda-beda.
2.3 Infeksi Yang Disebabkan Oleh Ricketsia
Infeksi yang sanggup disebabkan akibat terinfeksi oleh basil pathogen Rickettsia pada tubuh insan yaitu :
· Mual (Tahap Awal)
· Muntah (Tahap Awal)
· Sakit kepala (Tahap Awal)
· Demam (Tahap Awal)
· Kehilangan nafsu makan (Tahap Awal)
· Ruam Berbintik (Tahap Menengah)
· Lesi (Merah) (Tahap Lanjutan)
· Diare (Tahap Lanjutan)
· Rasa Sakit/Nyeri - Perut (Tahap Lanjutan)
· Rasa Sakit/Nyeri - Sendi (Tahap Lanjutan)
· Malaise
Namun untuk pembahasan lebih lanjut infeksi yang spesifik sanggup dijelaskan berdasarkan penyakit yang disebabkan oleh basil pathogen Rickettsia itu sendiri , menyerupai :
1. Tifus Murin
Tifus Murin (Tifus Kutu Tikus, Tifus Malaya) ialah infeksi yang ditularkan oleh tikus, yang mengakibatkan demam dan ruam.Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, sering mengakibatkan wabah, terutama di kawasan perkotaan yang padat, dimana tikus banyak ditemukan.
PENYEBAB
Rickettsia typhi.
Bakteri ini hidup pada kutu tikus, mencit dan binatang pengerat lainnya. Kutu tikus inilah yang menularkan riketsia kepada manusia.
GEJALA
Gejala timbul dalam waktu 6-18 hari sehabis terinfeksi.
Biasanya tanda-tanda awal berupa menggigil, sakit kepala dan demam. Demam berlangsung selama 12 hari.Ruam yang sedikit menonjol dan berwarna merah muda akan timbul sehabis 4-5 hari pada 80% penderita. Pada mulanya ruam hanya terdapat di sebagian kecil tubuh dan sulit dilihat.Setelah 4-8 hari, ruam akan memudar secara bertahap.Gejala lainnya yang bisa ditemukan pada penderita adalah:
- sakit punggung
- sakit persendian
- mual dan muntah
- batuk kering
- nyeri perut.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut gejala-gejalanya.Pemeriksaan darah bisa mengatakan adanya peningkatan kadar antibodi terhadap tifus.
PENGOBATAN
Untuk meredakan infeksi dan mengatasi gejala-gejalanya, diberikan antibiotik (tetrasiklin, doksisiklin, kloramfenikol).Tetrasiklin biasanya tidak diberikan kepada belum dewasa lantaran sanggup mengganggu pertumbuhan gigi.Kebanyakan penderita akan sembuh sempurna. Tetapi maut bisa terjadi pada penderita dengan usia lebih renta dan dengan gangguan sistem kekebalan.
PENCEGAHAN
Hindari tempat-tempat yang banyak mengandung kutu tikus.
2. Demam Berbintik Rocky Mountain
PENYEBAB
Ricketsia ricketsii
Mikroorganisme ini khas untuk belahan bumi barat. Pertama kali ditemukan di negara belahan Rocky Mountain, tapi juga terdapat di seluruh Amerika, kecuali di Maine, Hawai dan Alaska. Penyakit ini biasanya timbul pada bulan Mei-September, dimana kutu remaja sangat aktif dan orang-orang berada di kawasan yang banyak ditemukan kutu.Di negara belahan selatan, penyakit ini terjadi sepanjang tahun. Resiko tinggi terinfeksi ialah belum dewasa berusia dibawah 15 tahun, lantaran mereka banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, di tempat dimana kutu banyak ditemukan. Kutu yang terinfeksi menularkan riketsia kepada kelinci, bajing, rusa, beruang, anjing dan manusia.Penyakit ini tidak ditularkan secara eksklusif dari orang ke orang. Riketsia hidup dan berkembang-biak di dalam dinding pembuluh darah. Yang sering terinfeksi ialah pembuluh darah di kulit, dibawah kulit, di otak, jantung, paru-paru, ginjal, hati dan limpa. Pembuluh darah bisa tersumbat oleh bekuan darah.
GEJALA
Gejala dimulai secara tiba-tiba dalam waktu 3-12 hari sehabis gigitan kutu. Makin cepat tanda-tanda timbul, makin berat gejalanya. Terjadi sakit kepala hebat, menggigil, kelelahan yang luar biasa (postrasi) dan nyeri otot. Demam 39,4- 40,4°Celsius terjadi selama beberapa hari dan pada perkara yang berat, tetap tinggi hingga selama 15-20 hari. Demam bisa menghilang di pagi hari untuk sementara waktu. Penderita juga mengeluh batuk kering pendek. Pada hari keempat demam, ruam muncul di pergelangan tangan, pergelangan kaki, telapak tangan, telapak kaki dan lengan bawah; dan dengan segera akan menyebar ke leher, muka, ketiak, bokong dan kawasan yang tertutup celana pendek. Pada mulanya ruam tampak datar dan berwarna merah muda, tapi selanjutnya akan menonjol dan berwarna lebih gelap. Mandi air hangat akan lebih memperjelas adanya ruam ini. Dalam waktu 4 hari, muncul area keunguan (peteki) lantaran adanya perdarahan di dalam kulit. Bila beberapa area ini menyatu, bisa terbentuk koreng. Bila pembuluh darah otak terkena, akan timbul sakit kepala, gelisah, sulit tidur, penurunan kesadaran dan koma. Hati bisa membesar, peradangan hati mengakibatkan sakit kuning, meskipun jarang terjadi. Bisa terjadi peradangan kanal pernafasan (pneumonitis). Juga bisa terjadi pneumonia, kerusakan otak dan kerusakan hati. Kadang tekanan darah bisa menurun dan bahkan pada perkara yang berat, terjadi maut mendadak.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan menurut gejala-gejalanya. Pemeriksaan darah mengatakan adanya penurunan kadar trombosit dan sel darah merah. Biopsi kulit bisa mengatakan adanya mikroorganisme penyebab penyakit ini.
PENGOBATAN
Segera diberikan antibiotik. Yang sering digunakan ialah doksisiklin atau tetrasiklin, kepada perempuan hamil bisa diberikan kloramfenikol. Antibiotik telah mengurangi angka maut dari 20% menjadi 7%. Kematian terjadi bila pengobatan tertunda. Penderita demam yang berat sering mempunyai sirkulasi darah yang tidak memadai, yang bisa mengakibatkan gagal ginjal, anemia, pembengkakan jaringan dan koma. Juga bisa terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang terinfeksi. Karena itu bisa diberikan cairan melalui infus dengan pengawasan ketat, untuk menghindari peningkatan pengumpulan cairan di paru-paru dan otak, terutama pada stadium lanjut.
PENCEGAHAN
Tidak ada vaksin untuk demam berbintik Rocky Mountain. Sebaiknya digunakan repelen (penolak serangga) menyerupai dietil-toluamid pada kulit dan pakaian orang-orang yang bekerja di kawasan dimana banyak ditemukan kutu. Repelen ini efektif tapi kadang kala mengakibatkan reaksi toksik, terutama pada anak-anak. Kebersihan tubuh dan pencarian kutu sangat penting untuk pencegahan. Kutu harus diambil secara hati-hati, lantaran riketsia bisa ditularkan melalui darah yang keluar bila kutu tertindas diantara jari-jari tangan. Bisa juga digunakan insektisida untuk membasmi kutu.
3. Ehrlichioses : Demam dan Sakit Kepala lantaran Gigitan Kutu
Ehrlichioses ialah infeksi kutu borne yang mengakibatkan demam, panas dingin, sakit kepala, dan perasaan sakit umum (malaise). Gejala-gejala ini terjadi tiba-tiba.
PENYEBAB
Bakteri Ehrlichia, menyerupai Rickettsiae, sanggup hidup hanya di dalam sel binatang atau manusia. Meskipun begitu, tidak menyerupai Rickettsiae, basil Ehrlichia mendiami sel darah putih (seperti granulosit dan monosit). Spesies lain mendiami jenis lain pada sel darah putih. Erchilioses sangat sering terjadi di kawasan Amerika Serikat Selatan dan Tengah Selatan. Mereka juga terjadi di Eropa. Mereka lebih sering terjadi di antara isu terkini semi dan final isu terkini gugur, pada waktu kutu paling aktif. Infeksi menyebar ke orang melalui gigitan kutu, kadangkala dihasilkan dari kontak dengan binatang yang membawa kutu anjing coklat atau kutu rusa.
GEJALA
Gejala-gejala biasanya dimulai 1 hingga 3 ahad sehabis gigitan kutu. Gejala-gejala awal ialah demam. Panas dingin, sakit kepala berat, sakit badan, dan malaise. Sebagaimana kemajuan infeksi, gejala-gejala bisa terbentuk :
* Muntah
* Diare
* Kejang
* Pusing
* Koma
* batuk
* Kesulitan bernafas
Ruam kulit kurang umum dibandingkan infeksi Rickettsial. Kematian tidak sering terjadi tetapi bisa terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang dilemahkan atau mereka yang kulitnya tidak segera diobati dengan cukup.
DIAGNOSA
Dokter melaksanakan investigasi darah, yang bisa mendeteksi jumlah sel darah putih rendah, jumlah platelet rendah (thrombocytopenia), dan kelainan penggumpalan darah. Tetapi hal ini ditemukan terjadi pada banyak gangguan lainnya. Pemeriksaan darah untuk mengusut antibodi terhadap basil ini kemungkinan sangat membantu, tetapi akhirnya biasanya tidak positif hingga beberapa ahad sehabis sakit tersebut dimulai. Tes Reaksi rantai polymerase (PCR) kemungkinan lebih berguna. Hal itu meningkatkan jumlah DNA basil dan dengan demikian menciptakan basil lebih gampang dikenali. Kadangkala sel darah putih mengandung bercak berkarakter (morulae) yang bisa dilihat di bawah mikroskop. Kehadiran morulae memastikan diagnosa pada ehrlichiosis.
PENGOBATAN
Jika orang yang telah terkena kutu yang terinfeksi mengalami gejala-gejala khusus, pengobatan biasanya dimulai menurut gejala-gejala orang tersebut sebelum hasil investigasi laboratorium tersedia. Doxycycline, chloramphenicol, dan tetrasiklin semuanya efektif. Ketika pengobatan dimulai lebih awal, kebanyakan orang segera bereaksi dan sembuh. Penundaan pada pengobatan bisa mengakibatkan komplikasi serius, termasuk maut pada 2 hingga 5% penderita.
Infeksi Riketsia Yang Lainnya
Penyakit | Penyebab | Daerah | Gambaran penyakit |
Tifus Epidemik | Rickettsia prowazekii, ditularkan tuma | Seluruh dunia | Masa inkubasi 7-14 hari Onset terjadi secara tiba-tiba Demam, sakit kepala, kelelahan Ruam muncul hari ke4-ke6 Jika tidak diobati, bisa berakibat fatal, terutama pada penderita diatas 50 tahun |
Tifus Belukar | Rickettsia tsutsugamushi, ditularkan tungau | Asia Pasifik, Jepang, India, Australia, Tailan | Masa inkubasi 6-21 hari Onset terjadi secara tiba-tiba Demam, menggigil, sakit kepala Ruam muncul hari ke5-ke8 |
Erlikiosis | Ehrlichia canis, ditularkan kutu anjing coklat | Seluruh dunia | Menyerupai Demam Berbintik Rocky Mountain, tapi tanpa ruam Jika tidak diobati, bisa berakibat fatal |
Cacar Riketsia | Rickettsia akari, ditularkan tuma | Pertama kali ditemukan di New York, juga ditemukan di kawasan lainnya di Amerika & di Rusia, Korea serta Afrika | 1 ahad sebelum demam, muncul koreng di kulit Demam hilang timbul selama1 ahad disertai menggigil, keringat berlebih, sakit kepala, sensitif thd sinar matahari, nyeri otot |
Demam Q | Coxiella burnetii (Rickettsia burnetii), penularan melalui cipratan ludah yg mengandung riketsia atau melalui susu yang terinfeksi | Seluruh dunia | Masa inkubasi 9-28 hari Onset terjadi secara tiba-tiba Demam, sakit kepala hebat, menggigil, lemah, nyeri otot, nyeri dada, pneumonitis, tanpa ruam |
Demam Parit | Bartonella quintana, ditularkan tuma | Meksiko, Tunisia, Eritrea, Polandia, Rusia | Masa inkubasi 14-30 hari Onset terjadi secara tiba-tiba Demam, lemah, pusing, sakit kepala, sakit punggung, sakit tungkai |
2.4 Mekanisme Pertahanan Tubuh
1. Mekanisme Pertahanan Tubuh Ekstraseluler
Respons imun terhadap basil ekstraseluler bertujuan untuk menetralkan imbas toksin dan mengeliminasi bakteri. Respons imun alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding basil Gram negatif sanggup mengaktivasi suplemen jalur alternatif tanpa adanya antibodi. Hasil aktivasi ini ialah C3b yang mempunyai imbas opsonisasi, lisis basil melalui serangan kompleks membran dan respons inflamasi akhir pengumpulan serta aktivasi leukosit. Endotoksin juga merangsang makrofag dan sel lain menyerupai endotel vaskular untuk memproduksi sitokin menyerupai TNF, IL-1, IL-6 dan IL-8. Sitokin akan menginduksi adesi neutrofil dan monosit pada endotel vaskular pada tempat infeksi, diikuti dengan migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel inflamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi ialah akhir imbas samping prosedur pertahanan untuk eliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein fase akut.
· Netralisasi toksin
Infeksi basil Gram negatif sanggup mengakibatkan pengeluaran endotoksin yang akan menstimulasi makrofag. Stimulasi yang hiperbola terhadap makrofag akan menghasilkan sejumlah sitokin menyerupai IL-1, IL-6 dan TNF. Proses ini akan memacu terjadinya reaksi peradangan yang mengakibatkan kerusakan sel, hipotensi, aktivasi sistem koagulasi, gagal organ multipel dan berakhir dengan kematian. Antibodi yang mengandung reseptor sitokin dan antagonisnya, berperan dalam menghilangkan sejumlah sitokin dalam sirkulasi dan mencegah sitokin berikatan pada sel target.
Antibodi yang beredar dalam sirkulasi akan menetralisasi molekul antifagositik dan eksotoksin lainnya yang diproduksi bakteri. Mekanisme netralisasi antibodi terhadap basil terjadi melalui dua cara. Pertama, melalui kombinasi antibodi di akrab lokasi biologi aktif infeksi yaitu secara eksklusif menghambat reaksi toksin dengan sel target. Kedua, melalui kombinasi antibodi yang terletak jauh dari lokasi biologi aktif infeksi yaitu dengan mengubah konformasi alosterik toksin semoga tidak sanggup bereaksi dengan sel target. Dengan ikatan kompleks bersama antibodi, toksin tidak sanggup berdifusi sehingga rawan terhadap fagositosis, terutama bila ukuran kompleks membesar lantaran deposisi suplemen pada permukaan basil akan semakin bertambah.
· Opsonisasi
Opsonisasi ialah pelapisan antigen oleh antibodi, komplemen, fibronektin, yang berfungsi untuk memudahkan fagositosis. Opsonisasi ada dua yaitu opsonisasi yang tidak tergantung antibodi dan yang ditingkatkan oleh antibodi.
Pada opsonisasi yang tidak tergantung antibodi, protein pengikat manose sanggup terikat pada manose terminal pada permukaan bakteri, dan akan mengaktifkan C1r dan C1s serta berikatan dengan C1q. Proses tersebut akan mengaktivasi suplemen pada jalur klasik yang sanggup berperan sebagai opsonin dan memperantarai fagositosis. Lipopolisakarida (LPS) merupakan endotoksin yang penting pada basil Gram negatif. Sel ini sanggup dikenal oleh tiga kelas molekul reseptor. Sedangkan opsonisasi yang ditingkatkan oleh antibodi ialah basil yang resisten terhadap proses fagositosis akan tertarik pada sel PMN dan makrofag bila telah diopsonisasi oleh antibodi.
Dalam opsonisasi terdapat sinergisme antara antibodi dan suplemen yang diperantarai oleh reseptor yang mempunyai afinitas besar lengan berkuasa untuk IgG dan C3b pada permukaan fagosit, sehingga meningkatkan pengikatan di fagosit. Efek augmentasi dari suplemen berasal dari molekul IgG yang sanggup mengikat banyak molekul C3b, sehingga meningkatkan jumlah kekerabatan ke makrofag (bonus effect of multivalency). Meskipun IgM tidak terikat secara spesifik pada makrofag, namun merangsang adesi melalui pengikatan komplemen.
Antibodi akan menginisiasi agresi berantai suplemen sehingga lisozim serum sanggup masuk ke dalam lapisan peptidoglikan basil dan mengakibatkan maut sel. Aktivasi suplemen melalui penggabungan dengan antibodi dan basil juga menghasilkan anfilaktoksin C3a dan C5a yang berujung pada transudasi luas dari komponen serum, termasuk antibodi yang lebih banyak, dan juga faktor kemotaktik terhadap neutrofil untuk membantu fagositosis.
Sel PMN merupakan fagosit yang predominan dalam sirkulasi dan selalu datang di lokasi infeksi lebih cepat dari sel lain, lantaran sel PMN tertarik oleh sinyal kemotaktik yang dikeluarkan oleh bakteri, sel PMN lain, suplemen atau makrofag lain, yang lebih dahulu datang di tempat infeksi. Sel PMN sangat peka terhadap semua faktor kemotaktik.
Sel PMN yang telah mengalami kemotaktik selanjutnya akan melaksanakan adesi pada dinding sel bakteri, endotel maupun jaringan yang terinfeksi. Kemampuan adesi PMN pada permukaan sel basil akan bertambah besar lengan berkuasa lantaran sinyal yang terbentuk pada proses adesi ini akan merangsang mulut Fc dan suplemen pada permukaan sel. Sel PMN juga akan melaksanakan proses diapedesis semoga sanggup menjangkau basil yang telah menginfeksi.
Proses penelanan basil oleh fagosit diawali dengan pembentukan tonjolan pseudopodia yang berbentuk kantong fagosom untuk mengelilingi bakteri, sehingga basil akan terperangkap di dalamnya, selanjutnya partikel granular di dalam fagosom akan mengeluarkan banyak sekali enzim dan protein untuk merusak dan menghancurkan basil tersebut.
Mekanisme pemusnahan basil oleh enzim ini sanggup melalui proses oksidasi maupun nonoksidasi, tergantung pada jenis basil dan status metabolik pada dikala itu. Oksidasi sanggup berlangsung dengan atau tanpa mieloperoksidase. Proses oksidasi dengan mieloperoksidase terjadi melalui ikatan H2O2 dengan Fe yang terdapat pada mieloperoksidase. Proses ini menghasilkan komplek enzim-subtrat dengan daya oksidasi tinggi dan sangat toksik terhadap bakteri, yaitu asam hipoklorat (HOCl).
Proses oksidasi tanpa mieloperoksidase menurut ikatan H2O2 dengan superoksida dan radikal hidroksil namun daya oksidasinya rendah. Proses nonoksidasi berlangsung dengan perantaraan banyak sekali protein dalam fagosom yaitu flavoprotein, sitokrom-b, laktoferin, lisozim, kaptensin G dan difensin. Pada proses pemusnahan bakteri, pH dalam sel fagosit sanggup menjadi alkalis. Hal ini terjadi lantaran protein yang bermuatan positif dalam pH yang alkalis bersifat sangat toksik dan sanggup merusak lapisan lemak dinding basil Gram negatif. Selain itu, basil juga sanggup terbunuh pada dikala pH dalam fagosom menjadi asam lantaran kegiatan lisozim. Melalui proses ini PMN memproduksi antibakteri yang sanggup berperan sebagai antibiotika alami (natural antibiotics).
· Sistem imun sekretori
Permukaan mukosa usus mempunyai prosedur pertahanan spesifik antigen dan nonspesifik. Mekanisme nonspesifik terdiri dari peptida antimikrobial yang diproduksi oleh neutrofil, makrofag dan epitel mukosa. Peptida ini akan mengakibatkan lisis basil melalui disrupsi pada permukaan membran. Imunitas spesifik diperantarai oleh IgA sekretori dan IgM, dengan dominasi IgA1 pada usus belahan awal dan IgA2 pada usus besar. Antibodi IgA mempunyai fungsi perlindungan dengan cara melapisi (coating) virus dan basil dan mencegah adesi pada sel epitel di membran mukosa. Reseptor Fc dari kelas Ig ini mempunyai afinitas tinggi terhadap neutrofil dan makrofag dalam proses fagositosis. Apabila biro infeksi berhasil melewati barier IgA, maka lini pertahanan berikutnya ialah IgE. Adanya kontak antigen dengan IgE akan mengakibatkan pelepasan perantara yang menarik biro respons imun dan menghasilkan reaksi inflamasi akut. Adanya peningkatan permeabilitas vaskular yang disebabkan oleh histamin akan mengakibatkan transudasi IgG dan komplemen, sedangkan faktor kemotaktik terhadap neutrofil dan eosinofil akan menarik sel efektor yang diharapkan untuk mengatasi organisme penyebab infeksi yang telah dilapisi oleh IgG spesifik dan C3b. Penyatuan kompleks antibodi-komplemen pada makrofag akan menghasilkan faktor yang memperkuat permeabilitas vaskular dan proses kemotaktik .
Apabila organisme yang diopsonisasi terlalu besar untuk difagosit, maka fagosit sanggup mengatasi organisme tersebut melalui prosedur ekstraseluler, yaitu Antibody-Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC).
2. Mekanisme Pertahanan Tubuh intraseluler
Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu basil intraseluler fakultatif dan obligat. Bakteri intraseluler fakultatif ialah basil yang gampang difagositosis tetapi tidak sanggup dihancurkan oleh sistem fagositosis. Bakteri intraseluler obligat ialah basil yang hanya sanggup hidup dan berkembang biak di dalam sel hospes. Hal ini sanggup terjadi lantaran basil tidak sanggup dijangkau oleh antibodi dalam sirkulasi, sehingga prosedur respons imun terhadap basil intraseluler juga berbeda dibandingkan dengan basil ekstraseluler. Beberapa jenis basil menyerupai basil tuberkel dan leprosi, dan organisme Listeria dan Brucella menghindari perlawanan sistem imun dengan cara hidup intraseluler dalam makrofag, biasanya fagosit mononuklear, lantaran sel tersebut mempunyai mobilitas tinggi dalam tubuh. Masuknya basil dimulai dengan ambilan fagosit sehabis basil mengalami opsonisasi. Namun sehabis di dalam makrofag, basil tersebut melaksanakan perubahan prosedur pertahanan.Bakteri intraseluler mempunyai kemampuan mempertahankan diri melalui tiga mekanisme, yaitu 1) kendala fusi lisosom pada vakuola yang berisi bakteri, 2) lipid mikobakterial menyerupai lipoarabinomanan menghalangi pembentukan ROI (reactive oxygen intermediate) menyerupai anion superoksida, radikal hidroksil dan hidrogen peroksida dan terjadinya respiratory burst, 3) menghindari perangkap fagosom dengan menggunakan lisin sehingga tetap hidup bebas dalam sitoplasma makrofag dan terbebas dari proses pemusnahan selanjutnya.
2.5 Pemberantasan
Pembrantasan sanggup dilakukan dengan cara dengan tetapkan rantai infeksi, menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri, dan imunisasi.
1. Memutuskan Mata Rantai
· Typus Endemik : Menghilangkan tuma dengan insektisida
· Typus Murine : Dengan bangunan yang tahan tikus dan penggunaan racun tikus
· Sclub typus : Pembersihan sekitar perkemahan tempat tumbuh-tumbuhan dimana tikus dan tungau hidup.
· Demam berbercak : Pembersihan tanah yang mengandung organisme ini, pencegahan perorangan : menggunakan kaos kaki yang menutupi celah untuk mengusir sengkenit yang melekat.
· Riketsiapox : Membrantas Hewan Pengerat
2. Menjaga Kebersihan Lingkungan Dan Diri
· Menjaga kebersihan baik dari lingkungan maupun diri sendiri, contohnya jangan membiarkan banyak pakaian kotor yang tergantung di kamar lantaran sanggup ijadikan sarang kutu, kemudian menggunakan obat gosok untuk mencegah gigitan arthopoda.
3. Imunisasi
Imunisasi aktif sanggup dilakukan dengan menggunakan antigen yang diberi formalin, yang dibentuk dari kantong kuning telur embrio ayam yang terinfeksi atau dari biakan sel. Vaksin menyerupai ini tersedia untuk tifus epidemic (R prowazekii), Rocky Mountain spotted fever (R ricketsii) dan demam Q (C Burnetti). Vaksin Coxialla (fase 1 yang diberi formalin) telah digunakan pada pekerja di tempat pemotongan binatang di Australia. Namun vaksi yang diproduksi secara komersial belum tersedia di Amerika Serikat pada tahun 1989. Suspense riketsia inaktif yang tumbuh dalam biakan sel sedang dipelajari sebagai vaksin. Suatu vaksin hidup (strain E) terhadap virus epidemic bersifat efektif dan digunakan untuk percobaan tetapi sanggup menjadikan penyakit ringan yang sanggup sembuh sendiri.
2.6 Pemeriksaan Laboratorium
Darah (atau bekuan darah yang telah diemulsi) diinokulasikan ke dalam marmot, mencit, atau telur. Riketsia biasanya ditemukan dalam darah yang diambil segera sehabis timbul penyakit, tetapi sanggup ditemukan hingga hari ke-12 masa sakit.Bila marmot tidak tampak sakit (demam, pembengkakan skotrum, nekrosis pendarahan, kematian), serumnya dikumpulkan untuk tes antibody dengan tujuan untuk mengetahui apakah binatang itu menderita infeksi yang tidak nyata.Beberapa riketsia sanggup menginfeksi mencit dan riketsia terlihat dalam sediaan eksudat peritoneal. Pada Rocky Mountain spotted fever, biopsy kulit yang dilakukan pada penderita antara hari keempat dan kedelapan masa sakit menunjukkan riketsia melalui pewarnaan imunofluorensi.Tes serologic yang paling peka dan has ialah mikroimunofluorensi, mikroaglutinasi dan ikatan komplemen. Kenaikan sanggup diperlihatkan selama berlangsungnya penyakit.Beberapa Tes yang sering digunakan :
· Tes Imunoflourensi Tidak Langsung dengan Antigen Riketsia
· Ikatan suplemen dengan antigen riketsia
· Aglutinasi riketsia
· Hemaglutinasi tidak eksklusif dan tes aglutinasi lateks
· EIA
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan maka simpulan yang kami dapatkan dalam makalah ini ialah : Rickettsia berasal dari Phylum : Proteobacteria,Kelas : Alpha Proteobacteria Ordo : Rickekettsiales Famili : Rickettsiaceae Genus : Rickettsia, Gram-negatif, non-sporeforming, bentuknya pleomorfik yang pada umumnya berukuran 1 – 0,3 mikron sanggup hadir sebagai cocci (0,1 pM diameter), batang (1-4 pM panjang) atau benang menyerupai (10 pM panjang). Kemudian infeksi yang ditimbulkan oleh basil rickettsia menjadikan penyakit typus, demam rocky mountain,dll. Mekanisme pertahanan tubuh insan ketika diinfeksi oleh basil pathogen ini majemuk menyerupai tubuh akan memngeluarkan sel NK(natural killer), hingga imunitas yg dikeluarkan secara eksklusif oleh tubuh kita. Adapun cara pemberantasan atau pencegahan dari basil Rickettsia ini ialah dengan memutus rantai infeksi, melaksanakan imunisasi, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Beberapa Tes yang sering digunakan : Tes Imunoflourensi Tidak Langsung dengan Antigen Riketsia,Ikatan suplemen dengan antigen riketsia,Aglutinasi riketsia,Hemaglutinasi tidak eksklusif dan tes aglutinasi lateks,EIA
3.2 Saran
Setelah mempelajari mata kuliah mikrobiologi dan parasitologi diharapkan mahasiswa sanggup memahami mata kuliah ini dengan baik
