Farmakologi - Obat Kanal Pernapasan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Infeksi jalan masuk pernafasan atas (ISPA) termasuk flu, renitis akut, sinusitis, tonsillitis akut dan laryngitis akut. Pilek yaitu tipe benjol jalan masuk nafas atas yang paling sering ditemukan. Orang sampaumur rata-rata akan terjangkit flu 2-4 kali dalam setahun, dan belum dewasa rata-rata 4-12 kali pertahun. Insidennya bervariasi berdasarkan musim, kira-kira 50 % dari penduduk akan menerima penyakit ini pada demam isu hambar dan 25 % pada demam isu panas. Biasanya, flu tidak dianggap sebagai penyakit yang berbahaya, tetapi penyakit ini menimbulkan rasa tidak nyaman baik secara fisik maupun mental dan menimbulkan penderita tidak bekerja atau tidak masuk sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan bagian-bagian jalan masuk pernapasan pada manusia!
2. Coba jelaskan masalah-masalah yang timbul pada sistem pernapasan!
3. Sebutkan dan jelaskan penyakit-penyakit jalan masuk pernapasan!
4. Sebutkan dan jelaskan obat jalan masuk pernapasan!
5. Sebutkan dan jelaskan penggolongan obat sistem pernapasan!
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagian-bagian jalan masuk pernapasan pada manusia.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul pada sistem pernapasan.
3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit jalan masuk pernapasan.
4. Untuk mengetahui obat jalan masuk pernapasan.
5. Untuk mengetahui penggolongan obat sistem pernapasan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Saluran Pernapasan
Pernafasan atau respirasi yaitu suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Respirasi sanggup dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari fatwa darah ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Pernapasan dada
a.   Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut.
b.  Tulang  rusuk terangkat ke atas
c.   Rongga dada membesar yang menimbulkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Pernapasan perut
a.  Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
b.  Diafragma datar
c.  Volume rongga dada menjadi besar yang menimbulkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya insan butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O¬2 yang diharapkan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa hingga 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan diadaptasi dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen sanggup mencapai 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah bisa melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan derma darah.
Saluran pernapasan terdiri dari cabang-cabang jalan masuk dari lingkungan hingga ke paru-paru (rongga hidung dan nasal, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, dan paru-paru). Fungsi sistem pernapasan yaitu mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbondioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.
Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama:
1.   saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring
2. jalan masuk pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchiolus, alveoli dan membran alveouler – kapiler
Ventilasi dan respirasi yaitu dua istilah yang berbeda dan tidak boleh ditukar pemakaiannya. Ventilasi yaitu pergerakan udara dari atmosfer melalui jalan masuk pernapasan atas dan bawah menuju alveoli. Respirasi yaitu proses dimana terjadi pertukaran gas pada membran alveolar kapiler.
Infeksi jalan masuk pernafasan yaitu benjol yang mengenai belahan manapun jalan masuk pernafasan, mulai dari hidung, indera pendengaran tengah, faring, laring (bronkus bronkeolus) dan paru-paru.
Adapun faktor-faktor dalam proses respirasi yaitu :
1.  Tekanan intrapleura yang menahan paru-paru tetap berkontak dengan dinding toraks.
2. Jaringan elastik dalam paru-paru yang bertanggung jawab terhadap kecenderungannya untuk menjauh dari dinding toraks dan mengempis.
3.  Tekanan intra-alveolar yang merupakan tekanan di dalam paru-paru.
4. Surfaktan yaitu homogen lipoprotein yang disekresi oleh sel-sel epitel dalam alveoli paru. Dimana surfaktan mengurangi tegangan permukaan cairan yang menurunkan kecenderungan pengempisan alveoli.
5. Komplians yang merupakan suatu ukuran peningkatan volume paru yang dihasilkan setiap unit perubahan dalam tekanan intra-alveolar.
6.  Pneumotoraks merupakan kondisi dimana udara berada di dalam dada.
7.  Atalektasis  merupakan proses pengempisan paru-paru.

2.2 Masalah-Masalah Sistem Pernapasan
Beberapa duduk kasus yang sering terjadi dalam sistem pernapasan, antara lain hipoksia, hiperkapnia, hipokapnia, asfisia, penyakit pulmonar obstruktif menahun, kanker paru, tuberkolosis, dan pneumonia. Dalam proses bernapas terdapat beberapa masalah, yaitu (Sloane, E., 2003) :
  1. Hipoksia yaitu defisiensi oksigen, yaitu kondisi berkurangnya kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ.
  2. Hiperkapnia yaitu peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan hipoksia. Dimana kalau kadar CO2 berlebih sanggup meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hidrogen yang akan menimbulkan asidosis (kadar asam berlebih).
  3. Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2¬ dalam darah. Dimana kalau terjadi penurunan kadar CO2¬ sanggup menimbulkan terjadinya alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih) dalam cairan tubuh.
  4. Asfisia (sufokasi) yaitu suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia yang diakibatkan ketidakcukupan ventilasi pulmonar.
  5. Penyakit pulmonar obstruktif menahun (PPOM) yaitu kelompok penyakit yang meliputi asma, bronkitis kronik, dan emfisema, juga kelompok penyakit industrial menyerupai asbestosis, silikosis, dan black lung.
  6. Kanker paru (karsinoma pulmonar) sering dikaitkan dengan merokok tetapi sanggup juga terjadi pada orang yang tidak merokok.
  7. Tuberkolosis yaitu penyakit yang disebabkan basil yang sanggup mempengaruhi semua jaringan tubuh, tapi paling umum terlokalisasi di paru-paru.
  8. Pneumonia yaitu proses inflamasi infeksius akut yang menimbulkan alveoli penuh terisi cairan. Penyakit ini sanggup disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa, virus, atau zat kimia.

2.3 Penyakit Saluran Pernapasan
Selain masalah-masalah diatas, terdapat juga beberapa penyakit pada jalan masuk pernapasan yang dikenal dengan istilah CARA (Chronic Aspecific Respiratory Affections) yang meliputi semua penyakit jalan masuk pernapasan yang bercirikan penyumbatan  (obstruksi) bronchi disertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. Gejala terpenting dari penyakit jalan masuk pernapasan antara lain sesak napas (dyspnoe) dikala mengeluarkan tenaga atau selama istirahat dan/atau sebagai serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak yang kental (Tjay, 2002).
Penyumbatan bronchi dengan sesak napas, yang merupakan lantaran utama asma dan COPD, diperkirakan sanggup terjadi berdasarkan prosedur berikut, yaitu berdasarkan hiperreaksitivitas bronchi (HRB), reaksi alergi atau benjol jalan masuk pernapasan (Tjay, 2002).
2.3.1    Hiperreaksitivitas bronchi (HRB)
Pada semua penderita asma dan COPD terdapat hiperreakstivitas bronchi. HRB yaitu meningkatnya kepekaan bronchi dibandingkan jalan masuk napas normal, terhadapkan zat-zat merangsang tak spesifik yang dihirup dari udara. Pada sebagian penderita asma juga terdapat kepekaan hiperbola bagi stimuli spesifik yang pada orang sehat tidak menawarkan reaksi pada jalan masuk pernapasannya. HRB aspesifik selalu timbul bersamaan reaksi peradangan di jalan masuk pernapasan.


2.3.2    Alergi
Pada sebagian pasien asma, disamping HRB aspesifik juga terdapat alergi untuk membentuk antibody terhadap allergen tertentu yang memasuki tubuh (antigen). Antibodies ini dari tipe IgE (immunoglobulin type E), juga disebut regain, mengikat dari pada mastcells antara lain disaluran pernapasan, mata dan hidung. Jika jumllah IgE sudah cukup besar maka pada waktu allergen yang sama masuk lagi ke dalam tubuh terjadilah penggabungan antigen-antibodi. Mattcells pecah (degranulasi) den segera melepaskan mediatornya. Akibatnya sering kali bronchokontriksi dengan pengembangan mukosa dan hipersekresi dahak, yang merupakan tanda-tanda khas asma.
a.    Alergen inhalasi; yang masuk ke tubuh lewat pernapasan.
b.    Alergen oral dan lokali; yang memasuki tubuh melalui verbal atau kulit
2.3.3   Infeksi jalan masuk pernapasan
Dapat menimbulkan tanda-tanda radang dengan perubahan di selaput lender, yang pada pasien asma dan COPD memperkuat HRB dan bronchokontriksi serta mempermudah penetrasi allergen sehingga terjadi benjol yang sering kambuh akhir obtruksi bronchi.
2.3.3.1 ASMA
Asma atau bengek yaitu suatu penyakit peradangan steril kronis yang bercirikan serangan sesak napas akut secara berkala, gampang tersengal-sengal, disertai batuk dan hipersekresi dahak. Berlainan dengan COPD, obstruksi jalan masuk napas pada asma bersifat reversible dan serangan biasanya berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam.
Penyebabnya, adanya peradangan steril kronis dari jalan masuk pernapasan dengan mastcells dan granulosit eosinofil sebagai pemeran penting. Selain itu juga terdapat hiperreaktivitas bronchi terhadap banyak sekali stimuli aspesifik yang sanggup memicu serangan (Tjay, 2002).
Ada beberapa jenis stimuli (rangsangan) yang sanggup menimbulkan duduk kasus pada sistem pernapasan, yaitu (Tjay,2002):
  1. Rangsangan fisis, menyerupai perubahan suhu, dingin, dan kabut.
  2. Rangsangan kimiawi, menyerupai polusi udara (gas-gas pembuangan, sulfurdioksida, ozon, asap rokok).
  3. Rangsangan fisik, menyerupai exertion, hiperventilasi.
  4. Rangsangan psikis, menyerupai emosi dan stress.
  5. Rangsangan farmakologi, menyerupai histamin, serotonin, asetilkolin, asetosal, dan lainnya
Peranan lekosit
Di membrane mukosa jalan masuk napas dan alveoli terdapat banyak makrofag dan limfosit. Makrofag berperan pada pengikatan pertama allergen, sanggup melepaskan perantara peradangan menyerupai prostaglandin, tromboksan, leukotrien dan PAF (Platelet activating factor). Aktivitas makrofag dan limfosit dihambat oleh kortikosteroid tetapi tidak oleh β2 adrenergik.
Mastcells
Pada penderita asma, mastcells bertambah banyak di sel-sel epitel serta mukosa  dan melepaskan perantara vasoaktif besar lengan berkuasa pula, menyerupai histamine, serotaonin, dan bradikinin yang mmencetuskan reaksi asma akut (Tjay, 2002).
2.3.3.2   BRONCHITIS KRONIS
Penyakit ini bercirikan batuk ‘produktif’ menahun dengan pengeluaran banyak dahak, tanpa sesak napas atau hanya ringan. Dalam kebanyakan masalah (80%) disebabkan benjol akut jalan masuk pernapasan oleh virus, yang gampang disuprainfeksikan (Str pneumonia dan branhamella catarrhalis) dengan suatu basil Haemophilus influenza (Tjay, 2002).
2.3.3.3   EMFISEMA PARU
Emfisema  bercirikan dilatasi dan destruksi dari jaringan paru-paru, yang menimbulkan sesak napas terus-menerus dan menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga. Gelembung paru (alveoli) terus mengembang dan rongganya membesar sehingga dinding-dindingnya yang mengandung pembuluh darah menjadi amat tipis dan sebagian hasilnya rusak sehingga permukaan paru untuk penyerapan oksigen sanggup berkurang di bawah 30% hingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi akan oksigen. Tonus di cabang-cabang batang nadi (aorta) bertambah dan tekanan darah di arteri paru-paru meningkat. Sehingga menimbulkan kegagalan ventrikel jantung dan terjadilah cor pulmonale (jantung membesar) (Tjay, 2002).
Penyebab emfisema yaitu :
a.    Bronchitis kronis dengan batuk bertahun-tahun lamanya, juga asma.
b.    Merokok
c.    Asap rokok, mengandung zat-zat yang menstimulasi enzim elastase yang merombak serat-serat elastin dalam dinding gelembung paru, sehingga kekenyalannya menurun, terjadi kelainan irreversible dalam bentuk fibrosis dan destruksi dari dinding gelembung bersama pembuluh darahnya.

2.4 Obat Saluran Pernapasan
2.4.1.  Antihistaminika
Semua antihistamin menawarkan manfaat potensial pada terapi alergi nasal, rhinitis alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamiin menimbulkan verbal kering dan pengurangan sekresi, menciptakan zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang menimbulkan penderita bersin banyak obat-obat flu yang sanggup dibeli bebas mengandung antihistamin, yang sanggup menimbulkan rasa mengantuk.
Contoh obat antihistamin
Nama Obat
Dosis
Anti histamin
Difenhidramin
( Benadryl )



Kloerfenilamen maleat

Fenotiasin
(aksi antihistamin)
Prometazine
Timeprazine

Turunan piperazine
(aksi antihistamin)
hydroxyzine

D : PO : 25-50 mg, setiap 4-6 jam
D : PO, IM, IV : 5 mg/kg/h dalam 4 takaran terbagi, tidak lebih dari 300 mg/hari
D : IM:IV: 10-50 mg takaran tunggal

D: PO : 2-4 mg, setiap 4-6 jam
A: 6-12 thn: 2 mg, setiap 4-6 jam
A: 2-6 thn: PO, 1 mg, setiap 4-6 jam


D: PO: IM: 12,5-25 mg, setiap 4-6 jam
D: PO: 2,5 mg (4 x sehari)
A: 3-12 thn: O: 2,5 (3x sehari)


D: PO: 25-100 mg
A: (<6thn):>
Keterangan:
D: Dewasa, A: anak-anak, PO: per oral, IM: intramuscular, IV: intravena



2.4.2. Mukolitik
Mukolitik bekerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan mengencerkan secret mukosayang kental sehingga sanggup dikeluarkan. Efek samping yang paling sering terjadi yaitu mual dan muntah, maka penderita tukak lambung perlu waspada. Wanita hamil dan selama laktasi boleh memakai obat ini.
Contoh obat : ambroxol, bromheksin.
Dosis:
* ambroksol     : Dewasa dan belum dewasa >12 thn, sehari 3 x 30 mg untuk 2-3 hari pertama. Kemudian sehari 3 x 15 mg.
Anak-anak 5-12 thn, sehari 2-3 x 15 mg
Anak 2-5 thn, sehari 3 x 7,5 mg (2,5 ml sirop)
Anak <2>
* bromheksin      : oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida)
belum dewasa 3 dd 1,6-8 mg.
2.4.3. Inhalasi
Inhalasi yaitu suatu cara penggunaan adrenergika dan kortikosteroida yang menawarkan beberapa laba dibandingkan pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko imbas sampingnya ringan sekali. Dalam sediaaninhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau sebagai serbuk halusv (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-saat tertentu, menyerupai sebelum atau setelah mengelularkan ternaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut, alergan, dan dikala sesak napas).

Contoh obat :
minyak angin (aromatis), Metaproterenol
dosis       : isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-10 mg setiap 6-8 jam.
2.4.4. Kromoglikat
Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma dan bronchitis yang bersifat alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis alergica dan alergi akhir materi makanan. Efek samping berupa rangsangan lokal pada selaput lender tenggorok dan trachea, dengan tanda-tanda perasaan kering, batuk-batuk, kadang kala kejang bronchi dan serangan asma selewat. Wanita hamil sanggup memakai obat ini.
Contoh obat :
Natrium kromoglikat digunakan untuk pengobatan, pencegahan pada asma bronchial dan tidak digunakan untuk serangan asma akut. Metode pemberiannya yaitu secara inhalasi dan obat ini sanggup digunakan bersama dengan adrenergic beta dan derivate santin. Obai ini tidak boleh dilarang secara mendadak lantaran sanggup menimbulkan serangan asma.,
2.4.5. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai kegunaan meniadakan imbas mediator, menyerupai peradangan dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akhir benjol virus, selian itu juga pada benjol basil untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini sanggup diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu usang hendaknya dihindari, lantaran menekan fungsi anak ginjal dan sanggup menimbulkan osteoporosis.
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.

2.4.6. Antiasma dan Bronkodilator
Contoh Obat : teofilin
Terdapat bersama kofein pada daun teh dan mempunyai sejumlah khasiat antara lain spamolitis terhadap otot polos khususnya pada bronchi, menstimuli jantung dan mendilatasinya serta menstimulasi SSP dan pernapasan. Reabsorpsi nya di usus tidak teratur. Efek sampingnya yang terpenting berupa mual dan muntah baik pada penggunaan oral maupun parienteral. Pada overdosis terjadi imbas sentral (sukar tidur, tremor, dan kompulsi) serta gangguan pernapasan juga imbas kardiovaskuler.
Dosis      : 3-4 dd 125-250 mg microfine (retard)
Teofilin sanggup diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk aminofilin, suatu adonan teofilin dengan etilendiamin.
Stimulan adrenoseptor, rujukan obat salbutamol, terbutalin sulfat, efedrin hidroklorida.
2.4.7. Obat-obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai tanda-tanda dan sanggup di bagi dalam sejumlah kelompok dengan prosedur kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu :
1.      Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang memperlunak rangsangan batuk, melumas tenggorokan semoga tidak kering, dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak digunakan syrup (thyme dan althea), zat-zat lender (infus carrageen)
2.      Ekspoktoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang, gualakol, radix ipeca (dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam) zat-zat ini memperbanyak produksi dahak ( yang encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
3.      Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis = melarutkan), sehingga viskositasnya dikunrangi dan pengeluarannya dipermudah.
4.      Zat pereda : kodein, naskapin, dekstometorfan, dan pentoksiverin (tucklase), obat-obat dengan kerja sentral ini ampuh sekali pada batuk kering yang mengelitik.
5.      Antihistaminika : prometazin, oksomomazin, difenhidramin, dan alklorfeniaramin. Obat ini sanggup menekan perasaan mengelitik di tenggorokan.
6.      Anastetika local : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan rangsangan batuk ke pusat batuk.
Penggolongan lain dari antitussiva berdasarkan titik kerjanya, yaitu :
1.      Zat-zat sentral SSP
Menekan rangsangan batuk di pusat batuk (modula), dan mungkin juga bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi (di otak) dengan imbas menenangkan.
1.      Zat adiktif : doveri , kodein, hidrokodon dan normetadon.
2.      Zat nonadiktif : noskopin, dekstrometorfan, pentosiverin.
2.  Zat-zat perifer di luar SSP
Emollionsia, ekspektoransia, mukolitika, anestetika local dan zat-zat pereda.

2.5 Penggolongan Obat Sistem Pernafasan
a. Antitusif
Antitusif bekerja menghentikan batuk secara eksklusif dengan menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian tidak sesuai digunakan pada masalah batuk yang disertai dengan dahak kental, lantaran justru akan menimbulkan dahak sulit dikeluarkan.
b. Ekspektoran
Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja dengan mengencerkan dahak sehingga lebih gampang praktis dikeluarkan. Dengan demikian tidak rasional kalau digunakan pada masalah batuk kering, lantaran hanya akan membebani tubuh dengan imbas samping. Obat golongan ini harus digunakan secara hati-hati pada penderita tukak lambung.
c. Antihistamin
Golongan kedua ini merupakan kelompok CTM (chlor-trimeton) dan kawan-kawan. Di kemasan obat, ia lebih sering tampil bergaya dengan nama panjangnya, klorfeniramin maleat. Ketiganya setali tiga uang.
Histamin sendiri merupakan substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai prosedur alami untuk mempertahankan diri atas adanya benda asing. Adanya histamin ini menimbulkan hidung kita lembap dan terasa gatal, yang biasanya dikuti oleh bersin-bersin.
Selain berfungsi melawan alergi, antihistamin juga punya acara menekan refleks batuk, terutama difenhidramin dan doksilamin. Sayangnya, obat golongan ini bisa menimbulkan Anda mengantuk pada dikala rapat.
d. Dekongestan
Di antara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl propanolamine) merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah Ditjen POM (Sekarang Badan POM) menarik obat-obat flu yang mengandung PPA lebih dari 15 mg. Di Amerika Serikat, obat ini selain digunakan di dalam obat flu dan batuk, juga digunakan sebagai obat penekan nafsu makan yang dijual bebas.
Dalam takaran tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah. Jika digunakan terus-menerus, sanggup memicu serangan stroke. Untuk mencegah imbas jelek inilah, Dirjen POM menciptakan kebijakan membatasi PPA di dalam obat flu dan obat batuk, maksimal 15 mg per takaran.




BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Obat-obat  pernafasan terdiri dari Antihistaminika, Mukolitik, Inhalasi, Kromoglikat, Kortikosteroid, Antiasma dan Bronkodilator, Obat-obat batuk, Zat-zat sentral SSP, Zat-zat perifer di luar SSP.
Kami menyimpulkan obat-obat tersebut diatas sangat berperan penting bagi kesehatan jalan masuk pernapasan kita lantaran sanggup menyembuhkan banyak sekali macam penyakit yang mengganggu jalan masuk pernapasan kita.

3.2 Saran
Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ sistem  pernafasan lainnya.









DAFTAR PUSTAKA


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel